KedaiPena.Com – Ratusan petani asal Lamongan Jawa Timur yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) menggeruduk gedung DPR RI. Kehadiran mereka ke gedung DPR dalam rangka mengadukan sejumlah permasalahan diantaranya yakni terkait kebijakan pertanian, perkebunan, perikanan dan tarif dasal listrik (TDL).
Dalam kesempatan tersebut, para petani asal Lamongan itu diterima sejumlah anggota DPR RI diantaranya Wakil Ketua Komisi IV Viva Yoga Mauladi, Anggota Komisi VII Harry Poernomo, Anggota Komisi VII Endro Hermono, Anggota Komisi VI Khilmi dan Bambang Haryo Soekartono.
Anggota Komisi VI dari Fraksi Gerindra, Khilmi mengatakan, sebagai wakil rakyat, dirinya akan memperjuangkan apirasi yang dibawa para petani ke pemerintah.
“Kita menanggapi keluhan-keluhan itu dan akan menyampaikan ke pemerintah lewat parlemen (DPR, Komisi) yang membidangi. Kayak saya, ini masalah gula di Komisi VI, saya akan tanyakan ke Kemendag,” ujarnya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.
Kemudian untuk aspirasi pertanian, Wakil Ketua Komisi IV yakni Viva Yoga Muladi yang akan menangani. Terkait kenaikan TDL, kolega di Komisi VII, Harry Poernomo yang menangani.
“Sekarang masyarakat memang sangat terbebani pembayaran rekening listrik. Nah ini yang akan kita perjuangkan dan tanyakan ke pemerintah kenapa harga listrik sekarang mahal,” ungkapnya di hadapan ratusan petani tebu dan masyarakat Lamongan.
Terkait harga gula yang telah ditetapkan Kementerian Perdagangan yang mana meminta agar Bulog membeli harga gula sebesar Rp 9700 dari petani, dinilai sangat masih sangat memberatkan.
“Dari Kemendag itu kan harusnya ngitung bener kan, antara acuan riil dengan impor. Padahal gula kita sudah gak diserap oleh masyarakat. Ini yang sangat memberatkan petani. Makanya Anda (petani) rela datang sampai audiensi di sini (ke Gedung DPR), ya karena gula tidak laku,” tegasnya.
“Jadi sekarang gula mereka ini sudah ada di gudang tapi gak bisa dijual. Karena HPP dia ini sudah Rp 9600 tapi gula rafinasi sekarang membanjiri di pasar malah Rp 9400. Ini yang sangat memberatkan petani,” keluhnya.
Laporan: Muhammad Hafidh