KedaiPena.Com – Keindahan budaya Batak Toba terangkai dengan indah dalam Indonesia Fashion Week (IFW) 2018 yang mengusung tema Cultural Identity.
Cultural Identity sendiri memang fokus mengangkat tiga destinasi wisata terkenal di Indonesia, yaitu Danau Toba di tanah Batak, Borobudur di Jawa Tengah dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Kali ini kain Batak coba ditampilkan dalam beberapa look, dari yang formal, dress, cocktail, hingga outfit bohemian yang kekinian.
Koleksi tersebut ditampilkan oleh 9 designer yang sudah cukup punya nama di dunia fashion. Mereka masing-masing membawakan 14 tampilan busana. Ada desainer Merdi Sihombing, membuka parade peragaan busana malam itu dengan membawakan koleksi busana dengan dominasi warna merah dipadukan dengan siluet yang terinspirasi dari mode busana global.
Modifikasi kain sirat yang dikenakannya di kepala dan memang biasa digunakan sebagai ikat kepala. Dengan menggunakan table-weaving, ia menyulap kain Ulos menjadi ragam busana berbentuk jaket bomber hingga korset.
“Saya re-invent Ulos jadi produk yang lebih high end. Menambah berkelas busana yang dikenakan,” tuturnya.
Ivan Gunawan sendiri mengusung tema Cultural Identity, fokus mengangkat fesyen dari tiga destinasi wisata terkenal di Indonesia, yaitu Danau Toba di tanah Batak, Borobudur di Jawa Tengah dan Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur. Ivan menekankan cutting dari koleksinya untuk menegaskan tampilan wanita yang gagah, tegas dan berwibawa. Misalnya dengan baju cocktail dengan potongan pendek.
Kain yang digunakannya didukung oleh Torang Sitorus. “Menurut riset Bang Torang, kain tersebut harus dilestarikan sama yang muda-muda. Supaya kaum muda yang ada di kampung juga mau menggarap kain Ulos,” ungkapnya.
Keinginan untuk menjadikan kain Ulos menjadi busana modern juga disampaikan oleh Desainer Ghea Panggabean melalui koleksi busananya yang bertajuk Horas. Ciri khas etnik dan gaya bohemian Ghea juga dituangkan dalam koleksi bergaya ‘mix and match‘ yang nyaman dan tak termakan waktu.
Selain menggunakan kain asli Ulos, Ghea juga menggunakan kain cetak Ulos dengan bahan seperti satin, chiffon, organza, dan jersey. “Motif yang diangkat di antaranya motif Ulos Pucca, Sadum, Jugja, Ragi Idup, dan juga yang sangat menonjol motif Gorga yang banyak terdapat pada kain maupun rumah-rumah adat Batak. (Gorga) memiliki arti proteksi atau perlindungan,” tutup Ghea.
Laporan: Pitawati