Artikel ini ditulis oleh Juru Bicara Presiden era Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi.
Saya ingat, dulu ada temen, dia ingin ketemu presiden, dia punya gagasan-gagasan, saya pertemukan lah dengan presiden.
Dia punya gagasan ini, nanti kalau ada keuntungan kita akan mendonasikan ini ke Nahdlatul Ulama (NU). Tapi, langsung dibentak Gus Dur.
NU jangan dibantu-bantu. Biarkan NU independen. Kita tidak perlu beri bantuan. Mereka sudah independen.
Itu sikap politik Gus Dur terhadap Nahdliyin. Memang faktanya, ketidakpunyaan, kemiskinan, tidak harus menjadi beban perasaan untuk tidak independen.
Baca juga: Musim Semi Reformasi Terjadi Saat Pemerintahan Habibie dan Gus Dur
Itu sebabnya dulu Soeharto tidak bisa kooptasi NU, karena memang setiap saat mereka punya integritas, otonom, komitmen bahwa mereka tidak bisa didikte dan tidak bisa ditakut-takuti. Kalau diajak untuk hal-hal yang benar mereka mau.
Nah, menurut saya hubungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan PBNU sebagai organisasi itu sudah tidak penting lagi. Karena PKB sudah bisa langsung merepresentasikan Nahdliyyin-nya.
Jadi kepentingan politik Nahdliyyin itu dipercayakan kepada PKB. Ketika PKB membawa arus perubahan, mereka juga mendukung PKB.
Dan sekarang, kemarin saya datang ke ultah PKB, 23 Juli kemarin, itu demokrasinya adalah merintis agar politisi PKB itu terus mendukung perubahan.
Baca juga: Di Haul Gus Dur, Rizal Ramli Teringat Pesan Agar Senangkan Hati Rakyat
Nah yang menarik dan perlu juga temen-temen di PBNU paham, para petinggi Nahdliyyin harus paham, bahwa hampir 90 persen yang saya datang ke ultah PKB, itu generasi baru, generasi muda baru. Generasi yang agak-agak lama memahami Gus Dur. Karena hanya sebelah tangan saja yang mengenal saya sebagai juru bicara Gus Dur. Yang lainnya baru semua.
Ya itu agak mengharukan juga. Karena sebenarnya figur politik PKB itu adalah Gus Dur. Karena Muhaimin (Iskandar, Ketua UMUm PKB) itu tidak boleh membawa figur Gus Dur. Jadi para pendukungnya banyak yang tidak kenal dengan figur Gus Dur. Itu kan tidak boleh terjadi.
Karena itu saya bilang ke Muhaimin, oke nanti akan disampaikan, kita jelaskan ke Ciganjur apakah kita akan biarkan sosok dan pikiran-pikiran Gus Dur hanya teronggok di pojok perpustakaan kayak di UI dan hanya dikenang saat haul. Kalau menurut saya tidak boleh begitu. Pikiran-pikiran Gus Dur harus diperjuangkan secaa politik.
Jadi ketika muncul pernyataan, ini pernyataan sebenarnya guyonan politik gaya NU. Kalau bisa ya beneran, kalau gak bisa ya guyonan. Ini tidak boleh kita tanggapi dengan serius tapi juga tak boleh kita abaikan.
Baca juga: Laporan Ketimpangan Indonesia, Terendah Terjadi di Era Gus Dur
Karena keinginan untuk mengambil entitas politik yang kuat, kan PKB ini sekarang sudah sangat kuat, ketika besar mereka juga khawatir, kalau tidak diambil sekarang, makin besar, makin susah. Pandangan yang culas, yang tidak terjadi.
[***]