KediaPena.Com – Perkembangan atau perubahan bisnis saat ini sangat terpengaruh terhadap teknologi digital. Hal ini, terlihat dari beberapa sektor bisnis mengalami perkembangan yang pesat.
Demikian hal itu disampaikan oleh Komisaris Independen BUMN PT RNI, Marsudi Wahyu Kisworo dalam webinar ilmiah sistem informasi manajemen dan akuntansi.
Tema seminar ini sendiri adalah ‘Penyempurnaan Mekanisme Manajemen dan Akutansi Melalui Peningkatan Peran Teknologi Informasi‘, Rabu (15/9/2021).
“Mau tidak mau perkembangan teknologi digital akan mewarnai kehidupan kita termasuk bidang akuntansi dan manajemen, itu sangat berpengaruh,” ucapnya.
Ia menyebutkan, salah satu profesi yang mengalami perubahan akibat perkembangan teknologi yaitu di sektor akutansi.
Perubahan tersebut, kata Marsudi, mencakup audit dengan menggunakan kecerdasan buatan atau intelegensi artifisial (AI).
“Tetapi auditor tetap ada untuk berfungsi mengaudit bagaimana sistem otomatis tersebut,” tambahnya.
Ia mencontohkan, pada saat dulu seorang akuntan bertugas mencatat dan mengatur keuangan. Namun dengan adanya teknologi digital, para akuntan dimungkinkan tidak lagi membuat laporan keuangan.
“Lantaran laporan keuangan itu sudah urusannya software, tetapi bagaimana dapat memanfatkan teknologi dalam prosfesinya sehari-hari. nah ini yang harus di antisipasi untuk masa depan kita,” katanya.
Menurutnya, saat ini di dunia sedang terjadi perang dunia digital atau yang dikenal sebagai digital world war. Bahkan, hal tersebut hampir terjadi di semua sektor bisnis mulai dari kesehatan, perbankan dan pendidikan.
“Terjadi diseluruh dunia, bukan perang dunia manusia dengan manusia, namun perang bisnis tradisional dengan bisnis digital,” imbuhnya.
Ia menuturkan, perkembangan teknologi sangat berdampak besar dalam dunia bisnis, pada tahun 2006 kapitalis di pasar modal Amerika dikuasai oleh dua jenis perusahaan.
Pertama perusahaan yang bergerak pada sektor energi dan pertambangan, serta perushaan yang bergerak pada sektor keuangan.
“Tapi hanya dalam waktu 10 tahun, yakni 2016 perusahaan energi dan keuangan ini ternyata di geser oleh perusahaan IT, kapitalisasi terbesar 2016 dipegang oleh Apple dan sampai sekarang,” tuturnya.
Indonesia, kata Marsudi, juga mengalami fenomena tersebut, dengan munculnya 5 unicorn baru diantaranya GO-JEK, Traveloka, OVO dan lainnya. Bahkan, diperkirakan GO-JEK memiliki valuasi 10 kali lebih besar di bandingkan dengan Garuda Indonesia.
“GO-JEK dan sebentar lagi akan marger dengan Tokopedia diperkirakan kalau mereka bersatu dan kemudian go publik itu nilai kapitalisasinya di pasar modal mengalahkan bank BRI jika mereka bergabung,” jelasnya.
Selain itu, sektor perbankan juga mengalami hal serupa, seperti Bank Jago yang pada awalnya hanya Bank Kecil namun beberapa waktu ketika Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) mengalami kenaikan yang sangat tinggi.
“Bank Jago yang bank fenomena bank kecil kemudian merubah menjadi bank digital kemudian ketika IPO nilainya sangat besar dan karena kapitalisasinya besar dan sahamnya naik ribuan persen di pasar modal,” ujarnya.
Ia menyampaikan, hal ini dapat didalami, mulai dari aspek perpajakan toko online, lalu aspek keuangan bagaimana valuasi perusahaan yang menggunakan teknologi digital dapat tinggi, seperti GO-JEK yang diperkirakan valuasinya lebih tinggi daripada Garuda Indonesia.
“Indonesia belum banyak yang mendalami ilmu itu, sehingga kita nurut saja yang dikatakan oleh konsultan, ini menjadi tantangan bagi pendidikan kita dari segi manajemen dan akuntansi,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi