KedaiPena.com – Menyikapi laporan yang disampaikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terkait pertumbuhan ekonomi wilayah Maluku dan Papua untuk kuartal I-2024, Managing Diretor Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menyatakan hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah hanya dinikmati para pemodal.
Disampaikan dalam laporan BPS tersebut, pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua menyentuh angka 12,15 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat di angka 5,11 persen.
Tapi, level konsumsi di Maluku dan Papua jauh lebih rendah dari tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara nasional yang tercatat sebesar 4,91 persen pada kuartal-I 2024.
Untuk Maluku Utara, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah 4,12 persen dengan pertumbuhan PDRB nya 11,8 persen. Di Papua pertumbuhan konsumsinya 4,3 persen, dengan pertumbuhan PDRB sebesar 17,49 persen.
“Bukti, bahwa daerah kembali terjajah oleh VOC baru, kerja sama antara VOC lokal dan VOC asing, difasilitasi oleh para penguasa pusat,” kata Anthony, Kamis (16/5/2024).
Ia juga menyatakan, fakta tersebut menjadi bukti bahwa kekayaan alam milik daerah dieksploitasi (baca: dirampas) secara terang-terangan, dengan menggunakan undang-undang yang menindas rakyat daerah.
“Hal ini juga melanggar konstitusi pasal 33 ayat 3, yang menyatakan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,” ujarnya.
Anthony mengungkapkan ‘menjajah’ bangsa Indonesia memang sangat nikmat. Sudah terjajah, rakyatnya malah berterima kasih kepada penjajah. Tidak heran VOC bisa menjajah Indonesia dalam waktu yang sangat lama. 350 tahun.
“Bantuan sosial dianggap rejeki dan kemurahan hati penjajah, sehingga penjajah perlu diundang kembali untuk terus menjajah. Selamat menikmati penjajahan VOC baru,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa