KedaiPena.Com– Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR mempertanyakan pengakuan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang memiliki tim organisasi di luar Kemendikbudristek. DPR heran dengan keberadaan organisasi yang berjumlah 400 orang di Kemendikbudristek.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi mempertanyakan sumber anggaran pembiayaan tim yang memiliki tugas membantu Kemendikbudristek
dalam mendesain kebijakan itu. Pasalnya, Dede Yusuf mengaku Komisi X DPR tidak pernah mengetahui alasan dan tujuan Nadiem membentuk organisasi yang disebut tim bayangan tersebut.
“Pertama adalah dari mana anggaranya (tim bayangan), nomenklaturnya itu apa karena tidak pernah disampaikan ke komisi X (DPR). Kalau dari APBN wajib menceritakan,” ujar Politikus Partai Demokrat ini,Minggu,(25/9/2022).
Dede menerangkan seharusnya Nadiem Makarim dapat membeberkan anggaran dan nomenklatur dari tim tersebut. Dede mencontohkan seperti program guru penggerak di Kemendikbudristek yang jelas memang jumlah dan sumber anggaranya.
“Lantas ini untuk apa dana nya dari situ (APBN) atau dari yang mana, kita belum tahu,” imbuh mantan Wagub Jawa Barat atau Jabar ini.
Dede juga menagih penjelasan Nadiem soal sosok dari tim bayangan yang setingkat dirjen di Kemendikbudristek. Dede kebingungan soal sosok yang disebut setingkat dengan Dirjen di Kemendikbudristek.
“Mengapa harus membayar para pejabat-pejabat kalau sampai menggunakan konsultan dari luar. Kalau menggunakan konsultan luar juga jangan sampai 400 dong,” tutur Dede.
Dede Yusuf juga meminta penjelasan Nadiem Makarim soal asal muasal tim bayangan yang disebut-sebut organisasi yang di bawah PT Telkom Indonesia. Dede mempertanyakan apakah benar organisasi tersebut berada di bawah PT Telkom Indonesia.
“Karena belum kta panggil Telkom ya apakah benar bekerja dengan Telkom,” papar Dede.
Dede memastikan akan menelusuri hal tersebut lantaran ingin mengetahui output dari tim bayangan yang dimiliki oleh eks bos Gojek tersebut. Dede penasaran apakah output dari tim tersebut hanya menghasilkan aplikasi.
“Sementara kita tahu dunia pendidikan tidak semua harus berbasis aplikasi. Karena standar pendidikan saja harus dipenuhi, sarana prasana, guru dan lain-lain Ini kan kita bukan pengen dagang aplikasi,” jelas Dede.
Dede menegaskan, dalam membangun sistem pendidikan di tanah air yang terpenting ialah sumber daya manusianya. Bagi Dede sumber daya teknologi bukan suatu hal yang utama atau diprioritaskan.
“Jadi kita pgn tau outpotnya apa. Kan selama ini kita dukung yang namanya sekolah merdeka, kampus merdeka kita mendukung tapi manfaatkan ekosistem yang ada jangan membuat sistem yang baru,” pungkas Dede.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengaku memiliki organisasi di luar Kemendikbudristek. Tim organisasi ini bertugas untuk membantu Kemendikbudristek dalam mendesain kebijakan.
Hal ini disampaikan Nadiem pada rangkaian United Nations Transforming Education Summit di markas besar PBB. Saat itu Nadiem berbagi tentang praktik transformasi teknologi dalam pendidikan di Indonesia.
Nadiem mengaku memiliki tim yang terdiri dari 400 manajer produk hingga ilmuwan data. Tim ini bekerja untuk Kemendikbudristek.
“Kami sekarang memiliki 400 manajer produk, insinyur perangkat lunak, ilmuwan data yang bekerja sebagai tim yang melekat untuk kementerian,” kata Nadiem dalam video yang diunggah di Instagram @nadiemmakarim pada Rabu (21/9/2022).
Nadiem menjelaskan bahwa tim tersebut bukanlah vendor yang bekerja untuk Kemendikbudristek. Ketua tim organisasi ini setara dengan Dirjen yang ada di Kementerian.
“Tim yang beranggotakan 400 orang, bukanlah vendor untuk Kementerian. Setiap product manager dan ketua tim posisinya hampir setara dengan direktur jenderal yang beberapanya hadir di sini,” jelasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena