KedaiPena.com – PT Pertamina (Persero) terus mengamati pergerakan harga minyak mentah global yang berpotensi terkerek naik, yang terdampak konflik antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso berharap agar perang antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel tidak terlalu berdampak pada harga minyak. Mengingat fluktuasi harga minyak memang sangat dipengaruhi dengan kondisi dan situasi geopolitik global.
“Kami terus mengamati situasi yang berkembang, diharapkan tidak terlalu berdampak,” kata Fadjar, Kamis (12/10/2023).
Ia menyatakan Pertamina telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi terkait potensi dampak konflik Hamas-Palestina. Misalnya dengan melakukan optimasi sourcing feedstock seperti optimalisasi crude berupa penyerapan crude domestik dan penjajakan alternatif atau substitusi crude impor eksisting.
“Baik dari sisi jenis maupun lokasi atau produsennya,” ungkapnya.
Seperti diketahui, harga minyak mentah dunia sempat dibuka menguat pada perdagangan Selasa (10/10/2023) karena kekhawatiran konflik Timur Tengah yang menambah ketatnya pasokan. Namun, harga minyak mentah dunia kembali melemah pada perdagangan Kamis (12/10/2023) melanjutkan penurunan 2 hari beruntun.
Tercatat, harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,35 persen di posisi 83,2 Dollar Amerika per barel pada hari ini, sama dengan minyak mentah brent dibuka jatuh 0,34 persen ke posisi 85,53 Dollar Amerika per barel.
Pada perdagangan Rabu (11/10/2023), minyak WTI ditutup anjlok 2,88 persen ke posisi 83,49 Dollar Amerika per barel, senasib dengan harga minyak brent ditutup turun 2,09 persen ke posisi 85,82 Dollar Amerika per barel.
Persediaan minyak global diperkirakan turun 200.000 barel per hari pada semester kedua tahun 2023 karena pengurangan produksi sukarela dari Arab Saudi dan pengurangan produksi di antara negara-negara OPEC+, Badan Informasi Energi (EIA) AS mengatakan pada hari Rabu.
Persediaan yang lebih rendah, yang diperkirakan akan menjaga pasokan minyak global tetap di bawah konsumsi, kemungkinan akan meningkatkan harga minyak, menurut EIA dalam laporan bulanannya. Diperkirakan harga minyak mentah Brent berada pada harga US$94,91 per barel pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar US$88,22.
Harga minyak berfluktuasi dalam beberapa bulan terakhir, dengan pemotongan produksi sukarela dari Arab Saudi dan Rusia memberikan dukungan sementara kekhawatiran makroekonomi telah mempertanyakan ekspektasi permintaan dan membatasi masa depan.
Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diperkirakan akan memangkas produksi minyak mentah mereka sebesar 300.000 barel per hari (bpd) pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun ini, menurut EIA.
Laporan: Ranny Supusepa