KedaiPena.Com – Sejumlah syarat penting menjadi modal dasar agar PT Pertamina (Persero) bisa menjadi perusahaan energi kelas dunia. Di antaranya, Pertamina harus bebas intervensi oleh pihak-pihak lain.
Negara penghasil minyak dan gas bumi lain, seperti Malaysia, Brasil, Thailand, dan Norwegia, hanya dalam waktu 20 tahun berhasil menjadikan perusahaan migas nasionalnya berkelas dunia.
Predikat tersebut dapat dicapai berdasarkan kesadaran bahwa energi dari migas sangat strategis dan perlu punya BUMN migas berkelas dunia untuk dapat menjamin kesinambungan pasokan dan mengamankan ketahanan energi.
Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas Nasrullah Zubir kepada wartawan di Jakarta, Rabu (7/12).
“Kalau masih diobok-obok terus oleh pejabat negara yang punya kepentingan personal atau golongan jangan harap Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia,” katanya.
Inas mengungkapkan, selama ini publik tahu bahwa Pertamina harus menghadapi berbagai intervensi operasional di samping tidak konsistennya sikap pemegang saham/pemerintah untuk mendukung Pertamina.
Pada sisi lain, lanjut Inas, pihaknya juga mendorong Pertamina untuk terus meningkatkan kapasitas pengolahan minyak.
“Umumnya NOC (national oil company) memiliki kapasitas atau storage dua kali kebutuhan nasionalnya. Ini yang harus didorong ke Pertamina,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian BUMN terus mendorong agar Pertamina menjadi BUMN kelas dunia. Salah satu caranya lewat investasi di sektor hilir energi.
Menteri BUMN Rini Soemarno pernah berkomentar, sebagai pemegang saham, tentu pihaknya mendorong Pertamina untuk bisa lebih banyak investasi dan ekspansi, terutama bekerja sama dengan pihak luar.
Rini menjelaskan, dalam 2-3 tahun ini kinerja keuangan Pertamina masih cukup baik, bahkan tergolong kuat, sehingga, memiliki kemampuan untuk menopang bisnisnya di luar negeri.
“Cash flow Pertamina sangat kuat. Selain itu ada masukan modal di sejumlah proyek, jadi saya kira tidak ada masalah,†katanya.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengharapkan agar pemerintah terus mendukung berbagai kebijakan Pertamina, apalagi kebijakan dalam berinvestasi.
“Kebutuhan Pertamina sangat besar, tidak hanya hilir (downstream), tetapi juga di upstream (hulu). Jadi, support pemerintah dalam berbagai hal masih sangat dibutuhkan,†ujar Dwi.
Ekspansi di Luar Negeri
Seperti diketahui, belakangan ini Pertamina lewat anak usaha, PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP), sudah membukukan keberhasilan dengan beroperasi di tiga negara, yakni Aljazair, Irak, dan Malaysia.
Menurut Direktur Utama PT PIEP Slamet Riadhy, belum lama ini, dari ketiga negara tersebut Pertamina memperoleh produksi 120 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD).
Dia juga menyebutkan target produk migas pada 2025 dari ladang-ladang yang dikelola oleh PIEP di luar negeri sebanyak 600 ribu BOEPD, di antaranya, minyak 420 ribu barel per hari dan sisanya gas.
Sebelumnya,Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, akuisisi blok-blok migas di luar negeri akan menjadi salah satu aksi korporasi penting bagi Pertamina.
Pada 2030, Pertamina berharap dari ladang-ladang migas di dalam dan luar negeri dapat diperoleh dua juta BOEPD per hari.
Terkait dengan itu, sampai 2030 Pertamina telah menyiapkan anggaran sebesar USD 146 miliar untuk investasi di sektor hulu dan hilir.
Sedang dijajaki pula kerja sama di Afrika Barat, Timur Tengah, dan Asia Barat. Lebih detail, ada pula rencana kerja sama mengelola blok migas dengan Rosneth di Rusia.
Selain itu, kerja sama mengelola blok migas di Iran juga dimatangkan. Blok-blok yang diincar Pertamina adalah yang cadangan minyaknya minimal 50 juta barel dan produksi di atas 35 ribu barel per hari.
Laporan: Muhammad Hafidh