KedaiPena.Com – Rencana Pemerintah menaikkan BBM bersubsidi mendapat kritik dari berbagai pihak. Salah satunya adalah ekonom senior Rizal Ramli.
Ia mengatakan, seharusnya Pertamina bisa mendapatkan banyak untung jika efisien dalam menjalankan bisnisnya.
“Mayoritas BUMN tidak effisien. Pertamina, pasarnya oligopolistik, sangat tidak efisien (ineffisiensi 20%),” kata Rizal di Jakarta, Senin (29/8/2022).
Ia pun mengeritik kinerja Komisaris Utama Ahok yang tidak melakukan langkah besar untuk turunkan biaya (cost) operasional dan menaikkan effisiensi.
“Manajemen Pertamina harus dikocok-ulang. Jangan hanya demi utang budi Jokowi sama Ahok, Pertamina dikorbankan,” tegas Rizal.
RR, sapaan dia, pun menceritakan ‘succes story‘ ketika menjadi komisaris BUMN.
“Sewaktu menjadi Preskom Semen Gresik Grup, dalam 2,5 tahun, kita naikkan keuntungan 400% dari Rp800 miliar jadi Rp3,2 triliun, terutama karena tekan ‘cost‘ produksi $8/ton, biaya bunga, effisiensi marketing dan naikkan kapasitas,” cerita RR.
“Lalu waktu RR jadi Preskom BNI, kerjasama bagus dengan Dirut Baiquni dkk, berhasil menaikkan keuntungan 87% dalam 1 tahun,” tandasnya.
Untuk diketahui, Indonesia kemungkinan menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sebesar 30% hingga 40% untuk mengelola tekanan fiskal dari anggaran subsidi yang membengkak, kata anggota parlemen dari partai koalisi Presiden Joko Widodo.
Eddy Soeparno, anggota Partai Amanat Nasional (PAN) yang menjabat sebagai wakil Ketua Komisi VII DPR, mengatakan, informasi itu diperolehnya dalam rapat tertutup DPR dengan Pertamina awal pekan ini.
Indonesia telah melipatgandakan alokasi subsidi energi 2022 dari anggaran awalnya menjadi Rp502 triliun (US$ 33,90 miliar), sekitar 16 persen dari total rencana pengeluaran di tengah kenaikan harga minyak global dan depresiasi rupiah.
Opsi yang disukai Pertamina adalah menaikkan harga bensin beroktan 90 (Pertalite) menjadi Rp 10.000 (67,5 sen AS) per liter dari Rp 7.650 per liter; bensin beroktan 92 (Pertamax) menjadi Rp 16.000 per liter dari Rp 12.500; dan solar menjadi Rp 7.200 per liter dari Rp 5.150, kata Eddy dalam wawancara, Jumat.
Laporan: Muhammad Lutfi