KedaiPena.com – PT Pertamina Patra Niaga sebagai Subholding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia setiap tahunnya mengalami lonjakan yang signifikan hingga 5 hingga 9 persen.
Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra menyatakan pertumbuhan konsumsi BBM bersubsidi khususnya jenis Solar Subsidi sebelum tahun 2022 terus melonjak hingga 9 persen.
“Selama ini, Solar Subsidi itu tiap tahun naik 5 sampai 9 persen setiap tahun. Nah, 2022 ke 2023 itu turun, 2023 ke 2024 semester satu ini, situasinya naik sedikit,” kata Mars Ega, ditulis Kamis (25/7/2024).
Walau begitu, ia mengungkapkan pihaknya bisa menekan lonjakan konsumsi Solar Subsidi melalui program subsidi tepat yang mana setelah program tersebut berjalan, tercatat pertumbuhan konsumsi BBM bersubsidi bisa ditekan hingga 1 hingga 5 persen.
“Sampai kapan kita bisa menahan? Ya, ini paling pertumbuhannya yang kita tahan. Yang tadinya tadi 5 sampai 9 persen, sekarang kita bisa tahan 1 sampai 5 persen,” ujarnya.
Adapun, program subsidi tepat untuk jenis BBM solar subsidi sudah diberlakukan sejak tahun 2023 lalu. Dia optimis, untuk tahun 2024 ini realisasi konsumsi BBM bersubsidi termasuk solar subsidi dan Pertalite akan di bawah kuota yang ditentukan oleh pemerintah.
“Insya Allah, Solar Subsidi maupun Pertalite 2024 ini, under quota. Ini kan kita harus menjaga pada situasi asumsi-asumsi kuota maupun asumsi subsidi yang ada di atasnya,” kata Mars Ega.
Sebagai informasi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan bahwa harga BBM Solar subsidi yang dijual di pasaran saat ini jauh di bawah harga keekonomian.
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana mengatakan bahwa harga BBM Solar subsidi saat ini masih dibanderol sebesar Rp 6.800 per liter. Sementara itu, harga BBM Solar non subsidi, seperti Dexlite, kini harganya telah tembus sebesar Rp 14.550 per liter.
“Jadi subsidi Solar itu tidak sampai terhadap angka keekonomiannya Solar. Subsidinya kan hanya Rp1.000 per liter sekarang Rp6.800 per liter. Kan harga Solar bukan Rp7.800 per liter. Lihat aja misalkan Dexlite lain, itu kan angkanya di Rp13.000 hingga Rp14.000 per liter. Nah sisanya itulah yang disebut kompensasi,” kata Dadan.
Laporan: Ranny Supusepa