KedaiPena.com – Media komunikasi baliho milik Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang tersebar di banyak titik, ternyata tidak menjamin perolehan suara PSI. Tercatat, hingga berita ini diturunkan, PSI baru memperoleh 3,67 persen.
Pengamat Komunikasi UBM, Teguh H. Rachmad menyatakan perolehan suara PSI yang masih kurang dari angka 4 persen, disebabkan oleh salah memilih strategi kampanye.
“Data terakhir dari media, PSI masih di kisaran 3.67 persen, masih kurang dari angka 4 persen. Strategi yang dilakukan PSI dengan menggunakan baliho ukuran besar dan kecil memang efektif sebagai media atensi publik, namun masih menjadi media konvensional yang banyak digunakan oleh para kompetitor politiknya, sehingga masih belum ada value yang diingat oleh konstituen,” kata Teguh, Sabtu (17/2/2024).
Ia menjelaskan ada berapa alasan yang menyebabkan pemilihan baliho tidak menjadi media komunikasi politik yang efektif.
“Yang pertama, sifat baliho sebagai media advertising, bukan media sosial. Di era digital nomad saat ini, yang dibutuhkan oleh generasi z dan millenial adalah social media politics, bukan di advertising media politics,” urainya.
Yang kedua, karakteristik pesan yang ada di baliho terbatas, artinya bahwa hanya dilihat di tempat-tempat yang dipasang oleh baliho saja, sehingga jangkauan target konstituennya masih kecil.
“Yang ketiga, medium is the message. Artinya bahwa media adalah pesan itu sendiri. Perubahan pemilihan media akan mempengaruhi pesan dan target konstituen politiknya. Baliho adalah media dengan atensi masyarakat yang berada di generasi baby boomers, dan beberapa generasi milenial,” urainya lagi.
Ia menyatakan bukannya media baliho ini ‘usang’ tapi lebih kepada keefektifan dalam menyasar target yang diinginkan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024. Jumlahnya mencapai 204.807.222 pemilih. Dan berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi dari kelompok generasi Z dan milenial.
“Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total keseluruhan pemilih. Generasi z dan milenial lebih menerima pesan yang bersifat interface communication, bukan yang media konvensional. Jadi bukan usang, tapi kurang efektif untuk menargetkan konstituen yang berada pada generasi z dan milenials,” pungkas Teguh.
Laporan: Tim Kedai Pena