KedaiPena.Com- Calon presiden (capres) nomor urut satu Ganjar Pranowo tengah berapi-api dan tanpa ragu mengkritik keras pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sikap keras Ganjar ini mulai mencuat ke permukaan pasca majunya putra sulung Jokowi Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo Subianto.
Padahal jika diingat Ganjar sejak beberapa tahun lalu telah diorbitkan Presiden Jokowi sebagai figur yang perlahan tapi pasti sukses menjadi sosok capres yang diperhitungkan. Sinyal dukungan Jokowi ke Ganjar bahkan disampaikan secara terbuka dan terang-terangan dalam berbagai kesempatan beberapa kali.
Co-Founder Cakra Manggilingan Institute
Agus Zaini menilai Ganjar Pranowo saat ini tengah berubah menjadi sosok yang gelap mata imbas perubahan dinamika politik yang terjadi begitu cepat. Ia memandang cerita panjang perkawanan antara Ganjar dan Jokowi juga tinggal masa lalu.
“Perkembangan politik yang begitu dinamis telah menjadikan Ganjar gelap mata. Cerita panjang perkawanan antara Ganjar dan Jokowi tinggal kisah masa lalu,” jelas Agus dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu,(29/11/2023).
Agus menegaskan, potret perjalanan politik Ganjar hingga dicalonkan menjadi capres sendiri mengingatkan pada kisah Marcus Junius Brutus yang tega menikam penguasa Republik Romawi, Julius Caesar, hingga tewas, pada tahun 44 SM.
“Dalam konteks politik, brutus sering kali diidentifikasi sebagai simbol pengkhianatan atau konspirasi terhadap penguasa atau pemimpin politik,” beber Agus.
Agus menerangkan, kata ‘brutus’ sering menggambarkan pengkhianatan dalam politik. Terutama, lanjut Agus, ketika seseorang yang dahulunya dianggap sebagai teman atau sekutu tiba-tiba berbalik arah menjadi lawan politik.
“Ganjar memang bukan Brutus. Mungkin terlalu jauh menyamakan Ganjar dengan Brutus,” beber Agus.
Agus mengatakan, jika mencermati proses politik hingga saat ini seharusnya Ganjar menjadi jembatan emas bagi jalinan komunikasi politik sehat antara Megawati dengan Presiden Jokowi.
Agus menambahkan, bahwa Ganjar sebaiknya dapat berhenti untuk menjadi api yang kian hari membara dan membesar.
“Bukan malah menjadi api yang kian hari kian membara dan membesar, hingga merusak dan menghancurkan jembatan komunikasi politik dua tokoh nasional yang sejatinya berada dalam satu lingkaran partai politik berlogo kepala banteng tersebut,” papar Agus.
Agus berharap, agar Ganjar dapat segera menyadari hal tersebut. Ganjar, lanjut Agus, sebaiknya tidak terus menerus menikam Presiden Jokowi yang telah dianggap sebagai mentor politiknya.
“Semoga Ganjar sadar akan hal itu. Bukan malah menikam sang sahabat secara membabi buta yang juga telah ia akui sebagai mentor politiknya. Sebuah perilaku yang kurang pantas dan mengkhawatirkan, karena sangat mungkin, Ganjar akan berbuat serupa pada siapa pun, kelak,” tandas Agus.
Laporan: Tim Kedai Pena