KedaiPena.com – Walaupun konflik Rusia dan Ukraina bukanlah satu-satunya penyebab perlambatan ekonomi global, tapi konflik tersebut memperburuk kondisi ekonomi global yang baru merambat naik paska pandemi.
Pengamat Ekonomi Center of Reform on Economics (CORE), Pitter Abdullah menyatakan pertumbuhan ekonomi global memang mengalami perlambatan. Bahkan, di beberapa negara maju dapat diklasifikasikan sebagai krisis.
“Perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini disebut-sebut sebagai resesi global. Tetapi sesungguhnya kondisi dimasing-masing negara berbeda-beda. Misalnya, proses pemulihan ekonomi di Indonesia saat ini masih berjalan,” kata Pitter saat dihubungi, Jumat (24/6/2022).
Ia menjelaskan resesi di negara maju tersebut disebabkan oleh melonjaknya harga komoditas. Sehingga, inflasi tidak terlalu berdampak di Indonesia.
“Salah satu faktornya adalah perang. Sebelum perang, sebagai akibat pandemi, harga komoditas dan energi meningkat. Perang semakin mendorong harga komoditas pangan dan energi naik. Akibatnya inflasi dibanyak negara melonjak tinggi, memangkas daya beli. Pertumbuhan ekonomi melambat,” tuturnya.
Inflasi yang tinggi ini, lanjutnya, kemudian mengundang respon otoritas bank sentral dengan mengetatkan likuiditas dan menaikkan suku bunga.
“Dampaknya perekonomian semakin tertekan. Pertumbuhan bahkan menjadi negatif atau mengalami resesi,” tuturnya lagi.
Pitter meyakini kondisi global saat ini tak akan melebihi keterpurukan ekonomi pada tahun 1920, seperti yang ramai disampaikan.
“Saya tidak yakin akan seburuk itu. Dengan asumsi, ketegangan atau perang Ukraina tidak semakin memburuk atau meluas. Ditambah, upaya masing-masing negara untuk memperbaiki perekonomian mereka, saya perkirakan akan membantu perekonomian global untuk cepat pulih,” katanya lebih lanjut.
Tapi, jika ketegangan antara Ukraina dan Rusia semakin memburuk atau meluas, akan membawa pengaruh negatif pada pertumbuhan ekonomi global.
“Perang dan sanksi ekonomi kepada Rusia sangat besar dampaknya terhadap supply chain. Kalau konflik berhenti, rantai pasok bisa kembali pulih. Ekonomi akan ikut membaik. Perkiraan, paling cepat satu semester lah, baru bisa pulih,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa