KedaiPena.Com – Wakil Rektor Institute Perbanas, Wiwiek Prihandini membeberkan adanya indikasi lain perlihal penurunan daya beli yang sedang terjadi kepada masyarakat selain dengan menurunnya dan lesunya sejumlah toko retail di Indonesia.
“Selain banyaknya toko-toko retail yang menjalankan aksi sale secara besar-besaran, seperti Ramayana, Rimo, Matahari, dan sepinya pusat- pusat perdagangan grosir, tingkat inflasi di bawah 5% merupakan indikasi daya beli masyarakat yang melemah,” ujar Wiwiek kepada KedaiPena.Com, Sabtu (25/11).
Wiwiek menjelaskan, bahwa alasan shifting pembelian dari konvensional ke e-commerce serta inflasi di bawah 5% sebagai sebuah keberhasilan pemerintah dalam mengelola inflasi dengan tidak adanya penurunan daya beli sangat salah besar.
“Faktanya transaksi melalui online tidak lebih dari 1% dari total ritel nasional. Selain itu tingkat inflasi yang berkisar 5% bukan disebabkan karena kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Sebagaimana yang diklaim pemerintah, tapi memang pemerintah terjadi kelesuan pertumbuhan ekonomi,” ujar dia.
Wiwiek menegaskan, penghasilan masyarakat selama tiga tahun terakhir yang tidak mengalami kenaikan juga menjadi pemicu turunnya daya beli masyarakat saat ini. Terutama kelompoknya menengah bawah.
“Sedangkan kelompok menengah atas ada pergeseran dari konsumsi barang ke gaya hidup seperti berpergian, kuliner. Saat ini masyarakat yang bertahan adalah mereka yang memiliki gaji tetap. Sedangkan yang berwirausaha umumnya secara perlahan menutup usahanya karena kehabisan modal,” tandas Wiwiek.
Laporan: Muhammad Hafidh