KedaiPena.com – Akademisi Perbanas Institute, Mustanwir Zuhri membenarkan alasan pemerintah terkait dengan menguatnya dolar atas rupiah kini. Mustanwir begitu ia disapa mengatakan bahwa, bahwa memang penyebab utamanya faktor eksternal.
“Ya memang pemicunya kebijakan Amerika Serikat (AS) yang menaikan suku bunga di sana. Karena suku bunga di Amerika meningkat menyebabkan aliran dollar ke Amerika menguat. Dengan demikian pasokan (supply) dolar di luar Amerika berkurang sehingga kurs dolar menguat, termasuk negara kita,” ujar dia saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Selasa (9/10/2018).
Namun demikian, lanjut dia, kondisi internal juga menjadi pendorong menguatnya dolar terhadap rupiah saat ini.
“Kondisi ekspor kita yang belum kompetitf dan kita masih menjadi negara pengimpor bahan baku, menjadi dua faktor yang mendorong kondisi kita saat ini,” tutur dia.
Mustanwir menyarankan selain mengobati kondisi seperti ini, pemerintah juga perlu memberikan ‘imunisasi’ atas kondisi dolar yang semakin mengkhawatirkan.
Hal itu diperlukan, untuk mengatisipasi semakin menguatnya nilai tukar terhadap rupiah.
“Obatnya kan pemerintah sudah melakukan peningkatan suku bunga. Dengan menaikan suku bunga ini tindakan pemerintah untuk menaikan sudah tepat untuk meredam kursnya,” imbuh dia.
Meski demikian, kata dia, tindakan pemerintah tepatnya Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga ini ibaratkan pisau bermata dua.
“Karena dengan suku bunga tinggi efek ke investasi menjadi terkendala karena biaya modal jadi naik, investasi dalam negeri jadi berkurang. Tapi apa boleh buat memang itu obatnya saat ini,” tutur dia.
Ke depan, Mustanwir menyarankan, pemerintah dan swasta dapat melindungi nilai atau yang lebih dikenal dengan ‘hedging’ dalam setiap perjanjian utang yang dilakukan.
“Jadi ke depannya untuk imunisasi, alangkah baiknya pemerintah dan swasta ketika meminjam keluar negeri, dapat diberikan perlindungan nilai. Kita kan meminjam dalam bentuk dolar. Nah supaya kewajiban kita tidak menjadi terfluktuasi karena perubahan pasar, sebaiknya dicover dengan perlindungan nilai, bisa berupa ‘kontrak forward’, ‘futures’, ‘options’ dan ‘swap’ ,” ungkap dia.
“Selama ini belum terlalu populer tapi itu bisa digunakan bila nanti rupiah kita terus melemah. Kecuali nanti setelah selesainya  infrastuktur kita membenahi sektor riil, dan sektor-sektor leadernya kemudian meningkatkan ekspor dan menciptakan pasar,” sambung dia.
Terkait dengan mengkhawatirkanya kondisi rupiah saat ini, Mustanwir memastikan bahwa kondisi ini tidak separah dengan sewaktu tahun 1998.
“Jadi kalau mengkhawatirkan jika dibandingkan dengan tahun 1998 sangat jauh. Lebih keras 1998, tapi ini memang posisi yang harus diwaspadai in menjadi penting prioritasnya, karena dari 13.000 kan,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh