KedaiPena.Com – Deklarasi Kampanye Damai 2019 yang berlangsung di Monas, Jakarta Pusat, Minggu pagi (23/9/2018) diwarnai riak-riak.
Ketua Fraksi Partai Hanura di DPR RI, Inas Nasrullah Zubir mengalami kejadian yang dianggapnya tidak menyenangkan.
Kejadian tersebut ternyata melibatkan calon presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto. Inas yang mengikuti deklarasi kampanye tersebut dengan tenang tiba-tiba saja jengkel di bubaran acara.
“Sejak pagi datang di Monas untuk ikut deklarasi kampanye damai. Terik matahari tidak begitu menyengat banget, klop nih kampanye damai terasa adem. Beres pawai keliling, lumayan haus, untung aja ada yang jualan air mineral, Alhamdulillah haus jadi berkurang. Lantas mencari tempat duduk di tenda yang sudah disediaka KPU,†cerita Inas bercerita kepada KedaiPena.Com.
Inas melanjutkan, acara demi acara berlalu cukup menarik. Termasuk melepas burung sebagai sebuah tanda harapan akan berlangsung damainya pemilu hingga tanda tangan deklarasi.
Singkat kata, selesai acara, semua yang hadir mulai membubarkan diri. Tapi Inas tidak langsung pulang. Ia lalu ke mobil toilet untuk buang air kecil. Namun demikian, ungkap Inas, saat berada di dalam toilet, tiba-tiba saja ada yang menggedor-gedor. Inas mengaku berteriak kepada sang pengegedor toliet.
“Sabar nanggung nih. Tapi kemudian pintu toilet digedor lagi, sambil bilang, ‘Pak Prabowo mau pakai toiletnya. Tolong keluar dulu!’ Langsung saya teriakin lagi: ‘Sabar! Memang siapa dia?’,†geram Inas.
Lantas Inas pun langsung berfikir, ini orang belum jadi Presiden saja sudah minta diperlakukan istimewa. Hak rakyat juga untuk buang air kecil saja minta diputus di tengah jalan.
“Lalu saya keluar dari toilet. Wah, di depan pintu toilet udah berdiri orang-orang muda tinggi besar pakai baju Jawa dan di antaranya adalah Prabowo dengan muka merengut asem. Dia merengut karena menahan kencing atau marah sama saya, menyebalkan,†tutup Inas.
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono juga mengalami kejadian tak mengenakkan.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief menuding massa pendukung Joko Widodo, Projo, menyerbu mobil karnaval mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat gelaran Deklarasi Kampanye Damai.
“Projo memprovokasi pilres damai menjadi pilpres anarkis. Waktu mobil karnaval Pak SBY lewat, relawan Projo teriak-teriak mendukung Jokowi dan merangsek mendekat ke rombongan SBY. Sudah keterlaluan,” ujar Andi melalui Twitternya.
Andi mengancam akan ada tindak balasan dari kubu Demokrat jika pihak Jokowi dan aparat keamanan tidak menindak apa yang dia sebut sebagai ‘penyerbuan’ mobil SBY tersebut.
“Kalau Projo tidak minta maaf dan aparat keamanan diam serta Jokowi diam saja atas provokasi terhadap SBY pagi ini. Jangan salahkan jika ada tindakan balasan. Kau yang memulai kau yang harus mengakhiri,” lanjutnya.
SBY pun sempat walk out (WO) saat mengikuti Deklarasi Kampanye Damai Pemilu 2019 di Monas. SBY kecewa sebab banyak aturan kampanye yang tidak disepakati.
“Baru kira-kira lima menit tadi ikut karnval itu, beliau turun & walkout meninggalkan barisan sebab melihat banyak sekali aturan main yang tak disepakati awalnya,†kata Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan.
Hinca mengatakan banyak atribut partai di acara kampanye itu. Bendera partai itu tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Bendera partai yang ada adalah bendera partai pendukung Jokowi. Ada juga bendera ormas pro-Jokowi. Oleh sebab walk out, Demokrat tidak ikut menandatangani kesepakatan deklarasi damai.
“Belum kami masuk di situ, acara udah selesai, sehingga deklarasi pun kami tak bisa naik. Kami tak bisa tanda tangan. Nah sehingga apa yang terjadi saya telah menulis protes keras kepada ketua KPU saudara Arief Budiman,†ujarnya.
Hinca mengatakan pihaknya juga bakal melaporkan kejadian itu ke Bawaslu. Namun dia memastikan Demokratbtetap bakal sepakat untuk melakukan kampanye damai.
“Kami merasa KPU tidak tegas kali ini & kami protes keras. Namun demikian semangat & cita-cita kita untuk membuat pemilu damai Demokrat tetap ada di posisi itu,†jelasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh