KedaiPena.Com – Proses Pemilu 2019 seharusnya tidak boleh diintervensi oleh kepentingan asing. Karena ini adalah pemilu Indonesia.
Demikian yang disampaikan oleh Fernando Duling selaku Sekretaris Jenderal Advokasi Rakyat untuk Nusantara (ARUN), dalam konferensi pers di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (11/6/2019).
“Pemilu 2019 harus di pastikan bahwa itu hanya milik indonesia,” kata pemerhati geopolitik ini.
Aktivis 98 ini juga menambahkan, dunia internasional tidak boleh mengintervensi secara ekonomi Indonesia, sehingga mempengaruhi urusan perpolitikan dan perundangan dalam negeri Indonesia.
Nando, sapaannya melanjutkan, Indonesia seharusnya bisa lebih fokus menghadapi perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) yang semakin kencang.
“Dan Indonesia juga paham dengan tren jalur sutera modern. Seperti diketahui bahwa kemarin ada salah satu menteri yang menandatangani perjanjian OBOR di Cina” katanya tanpa menjelaskan siapa menteri yang dimaksud.
“Dan harus diingat bahwa negara kita adalah negara non blok dalam 60 tahun lalu di Konferensi Asia Afrika Bandung,” tandasnya.
Untuk diketahui, Indonesia menawarkan sejumlah proyek infrastruktur untuk turut serta dalam program jalur sutra atau One Belt One Road (OBOR) China. Kerja sama itu diyakini pemerintah akan saling menguntungkan kedua negara.
Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Pandjaitan mengatakan, kerja sama Indonesia dan Cina dalam OBOR tidak menggunakan skema antar pemerintah (G to G)
“Kita sampai hari ini tidak ada melakukan G to G. Saya ketua investasi Cina, jadi kalau ada ketakutan seolah-olah Indonesia akan dijual, itu tidak terjadi,” ujar Luhut di kantornya, Jakarta, Rabu (8/5/2019).
Dalam program OBOR, kata dia, Indonesia menawarkan proyek di empat koridor yaitu Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali. Penetapan empat wilayah ini berdasarkan studi bersama antara Bappenas RI dan Cina, termasuk konsultan asing.
Untuk meredam langkah Cina dalam melakukan ekspansi, AS tidak tinggal diam. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku siap untuk memberlakukan tarif baru pada produk impor dari Cina jika tak dapat membuat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan Presiden China Xi Jinping pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang.
Perang dagang AS dan Cina mulai memanas sejak Trump memutuskan untuk mengenakan kembali tarif pada produk China di tengah negosiasi antara kedua negara di Washington.
Sejak beberapa hari lalu, untuk menyelesaikan sengketa perdagangan AS-Cina yang berakhir buntu, Trump berulang kali mengatakan berharap bertemu dengan Xi pada KTT G20. Namun, Cina belum mengkonfirmasi rencana pertemuan tersebut
Trump pada peka lalu mengatakan bahwa ia akan memutuskan apakah bakal menerapkan ancaman tarif baru pada sedikitnya US$300 miliar barang-barang China.
Dalam komentar kepada wartawan pada Senin (11/6/2019), Trump mengaku masih berpikir pertemuan dengan Xi akan terlaksana.
“Kami dijadwalkan untuk berbicara dan bertemu. Saya Saya pikir hal-hal menarik akan terjadi. Mari kita lihat apa yang terjadi,” kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Amerika Serikat telah mengenakan tarif sebesar 25 persen untuk barang-barang senilai US$250 miliar.
Laporan: Andre Pradana