KedaiPena.Com – Perajin tempe dan tahu di Kampung Tempe Kedaung di Pamulang, Tangerang Selatan (Tangsel) dibuat was-was dan khawatir dengan harga kedelai yang terus naik dan meroket.
Sutoyo salah satu perajin menyampaikan, sejak harga kedelai naik, ia tidak ingin berestimasi untuk membuat dan memproduksi tahu tempe
“Kehati-hatian kami sangat tinggi dalam kondisi yang seperti ini mulai dari mengolah bahan, mencuci, memotong dan memilah biji kacang kedelai. Bagaimana menjual tempe sebaik mungkin supaya lakunya cepat tak ingin berestimasi lebih jauh,” ujarnya, rabu, (6/1/2021).
Sutoyo mengaku, masih menjual tmpe dengan harga yang sama yaitu Rp 5 ribu per potong. Hanya saja ukurannya sedikit berubah.
Hal ini berbeda lantaran di penjual, lain bisa dipasarkan Rp 6 ribu per potong
“Selama, harga kedelai naik, belum dapat diprediksi soal keuntungan. Justru sebaliknya, biaya tenaga pegawai, listrik, gas, plastik dan lain sebagainya terbuang untuk membeli bahan baku. Karena, oami mengalami kerugian mencapai sekitar tiga puluh persenanan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Timbul Jaya (KTJ) H Rujito menyampaikan
Pemkot Tangsel sendiri, hingga saat ini tak pernah terdengar rasa keprihatinan dan kedulian.
Ia mengatakan, semestinya potensi perajin tempe dan tahun yang selalu diburu masyarakat harusnya dapat dibantu dalam situasi seperti ini.
Rujito memaparkan l, sejak mogok tiga hari hingga kembali produksi disampaikan belum ada dari perwakilan Pemkot Tangsel.
“Kami berharap diundang atau memang mereka datang ke sini untuk menanyakan kondisinya seperti apa. Kami butuh Pemerintah, sangat butuh, bukan tidak butuh. Tanpa pemerintah, tak ada yang dapat mengatur harga di pasaran,” tegasnya.
“Hukum pasar memang membolehkan menjual dengan keuntungan besar, tapi pemerintahlah yang berhak melindungi pelaku usaha kecil perajin tempe dan tahu. Mudahmudahan pemerintah mendengar keluhan kami,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan