KedaiPena.Com – Faktor ekonomi dan kemiskinan tidak selalu menjadi alasan utama munculnya aksi aksi terorisme maupun gerakan radikalisme di manapun termasuk Indonesia. Aksi terorisme dan gerakan radikal lebih cenderung karena idiologi dan doktrin yang diyakini oleh para pelakunya terutama para generasi muda, karena merekrut anggota kelompok radikal yang paling mudah adalah dari kalangan muda.
Demikian disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam amanatnya yang dibacakan Irjenau Marsekal Muda TNI Umar Sugeng Hariyono pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Perwira (Pasis) Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Sekkau) Angkatan 102 tahun 2017 yang dilaksanakan di Graha Dirgantara, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Kamis (9/11).
Lebih Lanjut Kasau mengatakan bahwa, Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Pasis Sekkau Angkatan 102 sangat strategis karena materi yang di diskusikan membahas terkait terorisme yang sampai saat ini masih menjadi ancaman bagi berbagai negara di dunia termasuk Indonesia.
“Saya selaku Kepala Staf Angkatan Udara memberikan apresiasi terhadap kreatifitas dan langkah maju dari Pasis Sekkau Angkatan 102, dengan penyelenggaran Seminar Nasional ini dan saya harapkan kegiatan semacam ini akan terus berlanjut untuk dilaksanakan oleh Pasis Sekkau angkatan-angkatan berikutnya,†ujar Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Kasau apresiasi pelaksanaan Seminar Nasional yang diselenggarakan Perwira Siswa Sekkau Angkatan 102 T.A 2017 dengan tema “Counter Terorism dan Border Awareness Dalam Rangka Memperkuat Sistem Keamanan Nasionalâ€.
Pada Seminar Nasional tersebut Kasau mengharapkan agar hasil seminar ini nantinya dapat memberikan kontribusi positif dalam merumuskan Sistem Keamanan Nasional ke depan. “Bagi lembaga pendidikan Sekkau, kegiatan seminar ini agar menjadi proses pembelajaran bagi para Pasis Sekkau, sehingga para Pasis dapat mengerti dan memahami penyelenggaraan suatu seminar yang nantinya dapat menjadi bekal dalam penugasan untuk menyelenggarakan seminar yang lebih besar lagi,†ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama Komandan Sekolah Komando Kesatuan TNI Angkatan Udara (Dansekkau), Kolonel Pnb Jorry S. Koloay mengatakan bahwa Seminar Nasional yang digelar oleh Pasis Sekkau Angkatan 102 tahun 2017 ini merupakan Seminar Nasional pertama yang diselenggarakan oleh Pasis Sekkau karena angkatan-angkatan Sekkau sebelumnya hanya melaksanakan seminar lokal.
“Kita angkat ini dalam kuliah kerja untuk merespon kejadian yang terjadi di Filipina karena penguatan sistem keamanan kita masih bersifat parsial dan sektoral. Oleh karenanya, kita mendorong melalui tema yang diangkat ini bagaimana seluruh komponen bangsa dengan
potensi yang dimilikinya bisa diberdayakan dan efektif untuk memperkuat sistem keamanan nasional. Sehingga tidak ada lagi sektoral, bagaimana sinergi secara harmoni kementerian/lembaga dan pemangku kepentingan yang lain,†katanya.
Dalam Seminar Nasional tersebut Kolonel Pnb Jorry S. Koloay, menjelaskan bahwa seminar ini dilatar belakangi oleh isu utama yang terjadi di tingkat nasional, terutama dampak dari kejadian di Marawi yang berdampak langsung pada wilayah perbatasan NKRI.
“Seluruh komponen bangsa seharusnya bisa lebih diberdayakan dan bersinergi agar lebih efektif untuk memperkuat sistem keamanan nasional. Melibatkan seluruh kementerian lembaga dan stake holder terkait menyangkut keamanan nasional,†kata Dansekkau.
Seminar Nasional yang di selenggarakan oleh Pasis Sekkau Angkatan 102 menghadirkan beberapa narasumber diantaranya Guru Besar Unhan Prof. Makarim Wibisono, Ph.D., Ketua Departemen Hubungan Internasional CSIS, DR. Edy Prasetyono, M.Si, Ph.D, Asops Panglima TNI Mayjen TNI Lodewyk Pusung, Analisis Madya Bidluhkum Rokum Setjen Kemhan Kolonel Sus DR. Bambang Widarto, S.H,. M.H., dan Dekan Fisipol UI Angel Damayanti, S.IP., M. Si, sebagai moderator seminar.
Seminar Nasional ini diikuti oleh ratusan peserta dari TNI dan Mahasiswa dari berbagai universitas seperti Seskoad, Seskoal, Seskoau, Sekkau, PTIK, Universitas Pertahanan (Unhan), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Laporan: Sulistyawan