KedaiPena.Com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 3 korban jiwa akibat tertimpa runtuhan bangunan di Kecamatan Gayam, Sumenep. Posko BNPB telah mengkonfirmasi dampak gempa ke BPBD Provinsi Jawa Timur.
“Data sementara dampak gempa dilaporkan 3 orang meninggal dunia dan beberapa rumah mengalami kerusakan. Daerah yang terparah adalah di Kecamatan Gayam Kabupaten Semenep Jawa Timur,†kata Kepala Pusat Data Informasi dan Huma BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada komunitas media, Kamis pagi (11/10/2018).
Dilaporkan juga kerusakan rumah terjadi di Kecamatan Gayam, Kecamatan Bluto, Kecamatan Kalianget, Kecamatan Sepudi dan Kecamatan Batang-Batang di wilayah Sumenep.
Gempa M6,4 yang kemudian telah dimutakhirkan menjadi M6,3 oleh BMKG terasa di seluruh wilayah Jawa Timur meliputi Kabupaten/Kota Situbondo, Jember, Banyuwangi, Lumajang, Kab. Probolinggo, Kota Probolinggo, Bondowoso, Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Kab. Pasuruan Kota Pasuruan, Kota Batu, Kota Malang, Kab. Malang, Kab. Blitar, Surabaya, Sidoarjo, Jombang, Kab. Mojokerto, dan Kota Mojokerto.
“Guncangan gempa dirasakan cukup kuat oleh masyarakat di Sumenep dan Situbondo selama 2-5 detik. Masyarakat berhamburan keluar rumah. Sedang di daerah lain gempa dirasakan sedang selama 2-5 detik,†kata Sutopo lebih lanjut.
Berdasarkan analisis peta gempa dirasakan, intensitas gempa dirasakan III-IV MMI di Denpasar, III MMI di Karangkates, III MMI di Gianyar, III MMI di Lombok Barat, III MMI di Mataram, III MMI di Pandaan. Artinya gempa dirasakan ringan hingga sedang. Secara umum tidak banyak dampak kerusakan akibat gempa.
Dan Sutopo juga menegaskan bahwa isu yang menyatakan bahwa Gunung Salak dalam kondisi aman dan normal. Informasi yang bermula dari adanya VAAC Darwin (Volcanic Ash Advisory Centre) yang menyatakan Gunung Salak meletus berdasarkan pantauan satelit Himawari sehingga akan menggangu penerbangan pesawat terbang.
Namun VAAC Darwin telah mengkoreksi hal itu bahwa tidak ada sebaran abu vulkanik dari daerah di sekitar Gunung Salak. Dari gempa vulkanik dangkal, gempa teknonik lokal dan gempa tektonik jauh menunjukkan tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Salak.
Hasil observasi lapangan yang dilakukan secara langsung oleh pengamat Gunung Salak hingga 10/10/2018 pukul 20:00 WIB tidak teramati adanya jatuhan atau hujan abu vulkanik dan tidak terdengar suara dentuman baik di wilayah puncak Gunung Salak maupun di sekitar lerengnya seperti di wilayah Taman Nasional Cidahu.
Status Gunung Salak masih Normal (Level I). Tidak ada letusan dari Gunung Salak. Gunung Salak aman. Dari 127 gunungapi di Indonesia, saat ini ada 1 gunungapi status Awas (level IV) yaitu Gunung Sinabung, 2 gunungapi status Siaga (level III) yaitu Gunung Soputan dan Gunung Agung, dan 18 gunungapi status Waspada (Level II). Sisanya status Normal (Level I).
“Kami imbau masyarakat tetap tenang . PVMBG pasti akan memberikan informasi kepada masyarakat, BNPB dan BPBD jika ada peningkatan status gunungapi. Masyarakat tidak usah takut. Aktivitas vulkanik gunungapi dapat dikenali tanda-tandanya sebelum meletus. Sekali lagi saya sampaikan bahwa Gunung Salak tidak meletus. Aman dan status Normal. VAAC Darwin juga sudah mengkoreksi bahwa tidak ada letusan Gunung Salak,†pungkas Sutopo.
Laporan: Ranny Supusepa