KedaiPena.com – Peningkatan makna Kurban dari ibadah menjadi kegiatan sosial ekonomi harus disikapi dengan pengembangan tata kelola yang baik. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan pengembangan aspek ekonomi Kurban mampu membantu kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Wakil Dekan I Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FEB UI, Arief Wibisono Lubis, PhD., menyatakan momen kurban pada Hari Raya Idul Adha pada awalnya merupakan momen ungkapan terima kasih atas rezeki yang diterima oleh individu muslim, dengan cara berbagi. Tapi dengan berjalannya kehidupan manusia, momen kurban memiliki aspek selain ibadah.
“Tak hanya mencakup masalah keagamaan tapi juga sosial ekonomi. Dimana momen kurban pada perayaan Idul Adha akan menjangkau sisi produksi, distribusi hingga konsumsi. Sehingga perlu dilakukan pengelolaan untuk memastikan masyarakat mendapatkan kebermanfaatannya,” kata Arief dalam seminar Ekonomi Kurban Paska Pandemi di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Selasa (21/6/2022).
Dari sisi produksi, proses pemeliharaan hewan kurban menjadi bagian pengembangan sektor pertanian. Sementara pada sisi distribusi, transaksi jual beli hingga pengantaran menimbulkan nilai ekonomi.
“Tak hanya itu, dengan adanya pandemi, momen kurban juga meningkatkan digitalisasi melalui kurban online. Ada transformasi dari konvesional menuju pemanfaatan teknologi. Baik dari segi pembayaran, pemesanan hingga lokasi hewan kurban yang dapat terletak jauh dari individu yang berkurban,” ujarnya.
Untuk sisi konsumsi, momen kurban ini dapat menjadi momen pemenuhan kebutuhan daging pada masyarakat yang selama ini memiliki kesulitan untuk mengakses daging sapi maupun daging kambing dan domba.
“Ditambah, ada juga distribusi kekayaan ke kelompok yang membutuhkan. Ini terlihat juga dari nilai moneter ekonomi kurban, yang pada tahun 2022 diproyeksikan mencapai Rp18,2 triliun dari 2,2 juta pekurban. Ini menunjukkan kurban yang terkelola dengan baik, mampu menjadi kekuatan ekonomi yang tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat bawah tapi juga memberdayakan peternak rakyat yang tingkat kesejahteraannya juga rendah,” ujarnya lagi.
Walaupun pandemi sudah berakhir, ada kendala lain pada Hari Raya Idul Adha kali ini, yaitu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang saat ini mencatatkan lebih dari 150 ribu kasus per awal Juni 2022 di 18 provinsi dan 180 kabupaten/kota.
“Kondisi ini dikhawatirkan akan mempengaruhi rantai pasok hewan kurban. Sehingga perlu menjadi perhatian penuh dari semua pihak terkait. Dan melakukan berbagai upaya untuk memastikan rantai ekonomi kurban tidak terganggu,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa