Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Kabinet Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dulu diolok-olok karena bikin kerjasama ekonomi berat sebelah antara pengusaha pribumi dengan pengusaha Tionghoa, sehingga pers waktu itu menyebutnya Kabinet Ali-Babah.
Babah adalah panggilan laki-laki dewasa untuk masyarakat Tionghoa. Istilah Ali-Babah yang digunakan tak lain adalah plesetan dari nama tokoh dalam cerita Seribu Satu Malam, Ali Baba.
Bung Hatta menekankan pentingnya keadilan di bidang ekonomi sampai di tingkat paling bawah.
Dalam kunjungan ke Surabaya pada masa pendudukan Jepang, Bung Hatta menguraikan halangan terbesar bagi perkembangan koperasi petani adalah karena penggilingan-penggilingan padi kebanyakan berada di tangan segolongan kecil orang Tionghoa yang kaya raya dan yang menentukan harga padi.
Mereka membeli padi dari petani, dan kalau padi itu sudah selesai digiling menjadi beras, maka beras itu jadi milik penggilingan.
Jadi, mereka menguasai pasaran beras dan harga padi. Sehingga yang terjepit adalah petani, mereka yang paling besar melakukan jerih payah, tetapi yang paling minim menerima imbalan.
Menurut Bung Hatta, struktur ekonomi yang eksploitatif seperti itu harus diubah karena tidak adil.
Tokoh nasional Dr Rizal Ramli belum lama ini juga kembali menyatakan pentingnya keadilan di bidang ekonomi.
Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini menekankan, pengusaha pribumi kini semakin lama semakin terpinggirkan atau seperti tergusur.
Para pengusaha pribumi, menurutnya, seharusnya berani memperjuangkan perubahan pola penyusunan kebijakan, sehingga kebijakan pemerintah tak hanya berpihak kepada oligarki.
Berbicara di Munas Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), hari Jumat, 29 September lalu, Dewan Pembina Asprindo ini berkata:
“Sudah saatnya kita berpikir ke depan dan memperjuangkan kebijakan yang berpihak kepada pribumi. Anggota Asprindo jangan cuma nrimo,” tegas Rizal Ramli.
Lebih jauh Rizal Ramli memperingatkan, Presiden BJ Habibie dulu pernah meminta agar kosa kata “pribumi” tidak digunakan. Karena kata pribumi akan menyinggung perasaan sebagai warga negara.
“Dulu Habibie pernah meminta jangan gunakan kosa kata itu, karena takut menyinggung. Jadi gunakanlah terminologi bumiputera,” tandasnya.
[***]