KedaiPena.Com – Perang dagang AS dan Cina terus terjadi. Ini membuat pertumbuhan ekonomi melambat, termasuk di Indonesia.
Pengusaha outdoor Reza Sulaiman memberi masukan agar ekonomi Indonesia bergairah meski diterjang perang dagang dua negara adidaya tersebut.
“Mudah-mudahan faktor x yaitu perang dagang di sana segera selesai. Kita pun berharap pemerintah mengayomi semua, dengan membuat kebijakan pro rakyat,” kata owner dan CEO Akasaka Outdoor ini di Bogor, belum lama ini.
Saat ini, uang berputar di atas, tapi tidak berputar di bawah. Padahal pengusaha outdoor kebanyakan bisnis kecil dan menengah dan tahan terhadap krisis. Dan itu terbukti saat krisis 98.
“Industri itu kan ada atas menengah bawah. Nah kami pebisnis ‘outdoor‘ itu ada di bawah dan menengah,” lanjut Reza yang bisnis Akasaka-nya berdiri sejak 1995.
“Uang itu masih berputar di atas, di proyek-proyek BUMN yang besar, uang itu berputar di BUMN ke bank, nah ke situ-situ saja. Sementara di bawah gak berasa. Pertumbuhan itu di atas, sementara di bawah kering,” lanjut dia.
Statemen Reza seakan membenarkan omongan begawan ekonomi yang mengatakan saat ini struktur ekonomi Indonesia bagai gelas anggur yang tak adil. Rizal menjelaskan, pola ekonomi seperti ini merupakan hasil kebijakan ekonomi Orba dan ‘baby’ Orba selama 40 tahun terakhir.
Baca Juga: DR Rizal Ramli: Ayo Ubah Pola Ekonomi Gelas Anggur Indonesia
Di bagian atas gelas anggur dikuasai oleh kelompok bisnis besar dan BUMN yang tidak efisien dan kebanyakan ‘jago kandang’ sehingga sering menjadi beban (‘liability’) negara.
Sementara pegangan gelas anggur tersebut sangat tipis, yang menunjukan kecilnya golongan menengah dan usaha skala menengah yang independen.
“Bagian bawah dari gelas anggur tersebut sangat besar yang menunjukan puluhan juta usaha kecil dan ekonomi rakyat,” kata penasehat ekonomi PBB ini di Bandung, 1 Mei 2017.
RR, sapaannya mengingatkan bahwa perubahan harus dimulai dari struktur, baru kemudian merumuskan kebijakan. Sebagai seorang teknokrat ekonomi strukturalis, Rizal menilai, pendekatan generik bukan solusi bagi ekonomi Indonesia
Rizal Ramli melihat, banyak ekonom atau pakar ekonomi yang tidak mencoba melihat struktur ekonomi Indonesia, sehingga akar masalahnya tidak terjawab. Bagian yang atas yang besar merupakan pengusaha-pengusaha besar, sedangkan bagian bawah yang kecil merupakan pengusaha menengah dan pengusaha kecil.
Dengan metafora yang tepat, Rizal Ramli menegaskan, dalam situasi perekonomian di Indonesia yang bagai gelas anggur tadi, maka ekonomi rakyat yang merugi. Struktur di bagian atasnya banyak pengusaha besar yang tidak efisien, namun terus dibantu untuk lebih menjadi besar.
Kebijakan penting sudah banyak dibeli oleh pengusaha besar. Ada sekitar 40 juta usaha kecil rumah tangga yang masih kesulitan selama struktur ini masih terus begini. Kondisi yang demikian itulah yang disebut dengan sosialisme yang terbalik.
“Dan sosialisme yang terbalik menjadi sumber ketidakadilan sosial. Selama struktur ekonomi di Indonesia masih masih seperti ini, jangan bermimpi tentang keadilan dan kedaulatan ekonomi kerakyatan,” sambung mantan Menko Perekonomian ini.
Laporan: Muhammad Lutfi