KedaiPena.Com – Kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng dan kedelai memukul pengrajin usaha tahu-tempe dalam beberapa waktu terakhir ini. Salah satunya, ialah pengrajin tahu- tempe asal daerah Palsigunung, Kecamatan, Tugu, Cimanggis, Depok bernama Her.
Kepada KedaiPena, Her menceritakan, walaupun harga kedelai dan minyak goreng naik, ia tetap menjual tahu untuk para pedagang dan warga sekitar Palsigunung, Depok, Jawa Barat.
“Saya tetap menjual dengan harga normal,” ujar Her, Kamis (24/2/2022).
Her pun mengaku, hingga saat ini tidak bantuan dari pemerintah imbas dari kenaikan harga kedelai ini.
“Sejak kenaikan harga kedelai tidak ada bantuan dari pihak pemerintah setempat,” beber Her.
Her berharap, agar pemerintah dapat segera menstabilkan harga kedelai agar bisa kembali turun.
“Secepatnya harga kedelai bisa cepat turun dan stabil,” tandas Her.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan menyebut, kenaikan harga kedelai impor terjadi karena melonjaknya harga kedelai internasional.
Oke menyampaikan bahwa penyebab lainnya yakni inflasi di negara pengimpor kedelai ke Indonesia, yakni Amerika Serikat, mencapai 7 persen yang berdampak pada kenaikan harga daripada input produk kedelai.
Dalam hal ini, diperkirakan harganya akan terus mengalami kenaikan hingga Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dolar AS per bushel. Selanjutnya, akan terjadi penurunan pada Juli 2022 ke angka 15,74 dolar AS per bushel di tingkat importir.
Untuk itu, Oke mengatakan bahwa kenaikan harga kedelai dunia itu akan berdampak pada kenaikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di dalam negeri.
Seminggu setelah konferensi pers tersebut, tahu dan tempe masih dapat ditemui di pasar-pasar tradisional dengan harga normal. Namun, sebelum terjadi kenaikan harga di pasaran, kedua makanan kegemaran rakyat Indonesia itu sudah tak dapat ditemui di pasaran.
Laporan: Hera Irawan