DALAM hitungan jam, kalender 2016 akan berlalu. Digantikan oleh Kalender 2017. Sang waktu, engkau telah menggoreskan sebuah perjalanan selama setahun.
Terasa, baru kemarin kami merayakan pergantian tahun dari 2015 ke 2016. Malam ini, kita akan memasuki sejarah baru setelah, bunyi terompet dan kembang api warna-warni pada pukul 00.00 menghiasi atmosfir udara di berbagai belahan dunia.
Kita semua, akan memasuki sejarah baru sebagai bangsa dan negara. Selamat datang sang fajar 2017. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberkati kita semua. Aamiin.
Catatan ini, bukanlah sebuah kaleidoskop selama setahun yang menyoroti semua hal ihwal di bangsa ini. Tapi minimal merekam sejumlah hal ramai diperbincangkan publik dan berskala besar.
Di negeri yang mengusung jargon demokrasi, terlihat ada ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan negara dalam hal berdemokrasi, penegakan hukum dan keadilan.
Selain ekonomi dan gangguan keamanan dan ancaman TKA Cina. Serta merebak munculnya ideologi terlarang sebagai bangsa religius, yakni komunisme, liberalisme dan kapitatalisme yang melabrak sendi dan fondasi berbangsa dan bernegara.
Dalam hal demokrasi, misalnya, kritikan dianggap sebagai makar dan menebar kebencian. Sejumlah tokoh dan aktifis dengan tuduhan makar, lalu ditangkap, ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
Sri Bintang Pamungkas, Hatta Taliwang, Rizal Kobar dan Jamran Amju, masih mendekam di penjara atas sikap kritis dan aktivitas kritis mereka.
Selain itu Rachmawati SP, Ratna Sarumpaet, Kivlan Zein, Aditiawarman Thaha, Ahmad Dhani, Eko, Firza juga mendapat perlakuan. Ini adalah sikap rezim yang menggunakan polisi untuk membungkam demokrasi.
Soal penegakan hukum dan keadilan, kasus penistaan agama oleh gubernur DKI (Non Aktif), betapa sulitnya mayoritas bangsa ini harus mengusap dada, karena si penista agama itu seperti dilindungi penguasa.
Sehingga pedang hukum dan keadilan seakan tumpul dan tidak berdaya. Padahal kasus penistaan agama, sejak masa HOS Cokroaminoto, pelaku penista agama dipenjara. Tapi bagi Ahok, panggilan Basuki Tjahaja Purnama, itu tidak berlaku.
Meski MUI, NU dan Muhammadiyah sudah putuskan tindakan Ahok itu penistaan agama dan wajib dipenjara.
Demo akbar Umat dan Ulama di bulan Oktober, November dan Desember, dengan jumlah massa jutaan, aparat dan penegak hukum seolah tidak bergeming. Belum penjarakan si penista agama itu. Ini adalah potret ketidakadilan rezim ini.
Belum lagi kehidupan ekonomi yang terasa sangat menghimpit masyarakat kecil dan menengah. Juga menjadi potret keseharisn di anak bangsa ini.
Ancaman serius TKA Cina yang akan merampas kesempatan kerja anak bangsa ini untuk mengais kehidupan menjadi fenomena di berbagai tempat. Sehingga sejumlah kepala daerah pun memulangkan para TKA Cina ilegal itu.
Catatan ini, adalah refleksi situasi akhir-akhir ini sebagai potret yang tidak boleh terjadi pada kalender 2017 mendatang. Tapi pun kalau potret ini masih buram juga di tahun mendatang, itu pertanda rezim ini kopeg, kepala batu.
Tinggal rakyat dan aktivis yang membuat formula ke depan, bagaimana seharusnya menyikapi keadaan yang tidak berubah itu.
Apakah dengan perubahan yang besar? Semua terpulang pada kehendak dan kemauan rakyat.
Oleh:Â Muslim Arbi Koordinator GALAK Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi