KedaiPena.Com- Doktor Ilmu Komunikasi Antonius Benny Susetyo mengatakan bahwa suara gen X dan Z merupakan kunci pada Pilpres 2024. Benny mengaku yakin, bahwa para kandidat capres-cawapres di Pilpres 2024 akan berebut suara generasi X dan Z.
Hal tersebut disampaikan Benny sapaanya saat menerka potensi suara dari kalangan generasi X dan Z. Sekedar informasi, jumlah pemilih pemula di Pemilu 2024 nanti tergolong tinggi terlebih yang berusia belasan hingga 20-an tahun.
“Perebutan suara untuk generasi X dan Z masing-masing calon kandidat mencoba mendekati, bahkan menarik dukungan simpati dengan beberapa cara lewat model-model komunikasi yang mereka tawarkan,”, ucapnya dalam keterangan tertulis, Kamis,(10/8/2023).
Namun, Pakar Komunikasi Politik itu menyampaikan, para kandidat lupa bahwa komunikasi adalah medium dan sarana.
“Padahal komunikasi akan efektif kalau anak-anak muda itu melihat sosok kandidat sebagai role model. Mereka anak-anak muda yang realistis,” paparnya.
Menurut Benny, yang juga seorang budayawan itu juga menyampiakan, pendekatan komunikasi yang paing efektif adalah menyentuh hati pemilih pemula dengan pendekatan minat dan hobi yang diselaraskan dengan algoritma gen X dan Z.
“Maka pendekatan komunikasi dengan mendekati hobi, bakat dan minat lewat algoritma mereka, tidak hanya sekedar pendekatan yang parsial, tetapi pendekatan terhadap generasi Z membutuhkan kedekatan-kedekatan personal yang khusus atau dalam komunikasi disebut pendekatan komunikasi interpersonal,” ujarnya.
Komunikasi akan efektif, lanjut Benny jika anak-anak muda itu melihat sosok kandidat (calon presiden dan wakil presiden) sebagai role model.
Sebaliknya, lanjut Benny, anak-anak muda akan muak dan cuek apabila calon-calon pemimpin atau kandidat tidak punya gagasan yang mampu memberi harapan terhadap generasi X serta Z.
“Mereka anak-anak muda itu adalah anak-anak yang realistis, yang mereka bisa mengakses informasi dan mendapatkan informasi lewat media sosial, lewat juga sarana-sarana pertemanan, bahkan dengan grup-grup WA. mereka mendapatkan informasi tentang rekam jejak, sosok-sosok pemipmin. Daya kritis yang luar biasa itu akan sulit dijinakan atau dikendalikan kalau para pemimpin itu tidak memiliki visi pemimpin yang autentik,” jelasnya.
Para anak muda itu ingin para pemimpinnya mempunyai rekam jejak bersih, masa lalunya tidak dibuat-buat atau seolah-olah. Atau si kandidat tidak berani mengakui kegagalan atau kesalahan, bahkan pelanggaran-pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
“Generasi X dan Z itu, mreka ingin para pemimpinnya itu memiliki rekam jejak yang bersih, rekam jejak yang masa lalunya tidak dibuat-buat atau seolah-olah mereka tidak berani mengakui kegagalan atau kesalahan bahkan pelanggaran-pelanggaran terhadap problem hak asasi manusia. Maka anak anak generasi X dan Z itu anak-anak yang selalu mempertanyakan tentang rekam jejak, masa lalu dan mengenai bagaimana membangun keluarga sebagai role model dancontohnya,” katanya.
Menjadi pemimpin yang otentik itu tidak penuh kepura-puraan tidak membuat kesadaran palsu dan menciptakan seolah-olah dia adalah figur yang dekat dengan presiden.
Jadi, tegas dia, masing-masing calon presiden harus mampu memahami tentang realitas dan masalah yang mereka hadapi. Terutama, bagaimana kandidat mampu menciptakan komunikasi yang tidak perlu berpura-pura.
Tetapi komunikasi yang berdasarkan kesadaran meditatif. “Ini adalah kesadaran bukan kepura-puraan, kesadaran yang tidak orisinil. Namun kesadaran di mana masing-masing calon presiden mau melakukan sebuah pertobatan sosial,” katanya.
Benny juga menekankan agenda besar yang harus dibawa para capres-cawapres tidak sampai menyetir para anak muda. Pasalnya, generasi milenial tidak bisa disetir dan dikendalikan.
“Maka harus perlu loncatan berpikir, dimana cara pendekatan mereka tidak sekedar saya dapat apa memperoleh apa, tetapi lebih pendekatan kesadaran bahwa anak anak generasi jamannya memilik keunikan dan memiliki cara tersendiri,” ucapnya.
Benny menganalogikan kepiawaian anak muda sebagai busur panah.
“Mereka itu bagaikan busur panah dan busur panah itu begitu mampu untuk memanah sampai pada titik Harapan. Maka mengendalikan mereka tidak semudah memberi suara di dalam karung”, tutupnya.
Laporan: Tim Kedai Pena