KedaiPena.com – Pengamat Politik Ikrar Nusa Bakti menyatakan presiden sudah pasti tidak netral, dengan menggunakan tangan TNI dan Polri untuk mempengaruhi pemilih.
“Saya berani katakan Presiden pembajak demokrasi. Dia merusak demokrasi dengan memaksakan anaknya. Presiden melakukan dramaturgi, apa yg diucapkan dengan dilakukan bagai bumi dan langit,” kata Ikrar dalam diskusi publik berjudul Selamatkan Pemilu yang Demokratis, ditulis Minggu (14/1/2024).
Ia menyebutkan cawe-cawe Jokowi makin tampak nyata saat paska debat Presiden, berbicara dengan tiga menteri, membahas kampanye apa yang bisa memenangkan capres pilihannya.
“Ini kejahatan demokrasi. Presiden juga melakukan politik ketakutan, baik yang ada di kelompok capres maupun pada para kepala daerah,” ujarnya.
Ikrar menyatakan tak perlu kaget, jika upaya Masinton Pasaribu mengusulkan Hak Angket tidak mendapatkan dukungan parlemen bahkan dari partai sendiri.
“Parlemen tidak berhasil menjadi balancing bagi jalannya pemerintahan. Kekuatan parlemen ada di tangan Jokowi,” ujarnya lagi.
Ia meminta kepada seluruh rakyat Indonesia untuk segera bertindak, bukan hanya omong-omong.
“Kita tidak sekadar siaga, tetapi harus bergerak. Tapi kita tidak akan melawan aparat TNI Polri. Mereka bagian dari masyarakat Indonesia,” kata Ikrar dengan tegas.
Ia mengharapkan para perwira dapat kembali ke tugas pokok TNI, jaga serangan dari luar. Tugas Polri pengayom, pelindung, dan pelayan masyarakat, bukan penguasa.
“Tidak ada tugas TNI Polri yang menjalankan perintah presiden memenangkan salah satu paslon. Jika demikian, maka polisi ikut merusak demokrasi. Kita harus hindari demokrasi kaum penjahat,” ucapnya.
Terakhir, Ikrar mengajak TNI dan Polri untuk tidak terjebak dalam permainan dinasti politik yang terdiri dari Jokowi, Iriana, Gibran, Kaesang dan Bobby.
“Demokrasi kita dirusak hanya oleh lima orang,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa