KedaiPena.com – Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad memperkirakan paslon Pramono-Rano memiliki kesempatan untuk memenangkan kontestasi menuju Jakarta1, jika sosialiasi dilakukan secara efektif.
Alasannya adalah, basis pemilih PDIP dan kelompok nasionalis di Jakarta cukup besar. Dari sisi etnisitas, lanjutnya, etnis Jawa diwakili oleh Pramono dan Betawi direpresentasikan oleh Rano, yang jumlahnya sekitar 64 persen dari total penduduk Jakarta. Sementara itu, basis pemilih Sunda, yang diwakili oleh Emil, hanya 14-15 persen.
Atas dasar aspek sosiologis tersebut, menurutnya pasangan Pramono-Rano memiliki ceruk pemilih yang cukup besar dibanding duet Ridwan Kamil-Suswono.
“Aspek kedua yang juga harus diperhatikan adalah di Jakarta ini penduduknya relatif kritis, relatif terdidik. Mereka yang lulusan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) itu jumlahnya sangat besar, sekitar 68 persen. Karena warganya kritis, artinya pilihan itu sangat bergantung pada hal-hal yang rasional sebetulnya. Misalnya rekam jejak dan platform kebijakan,” kata Saidiman, Sabtu (7/9/2024).
Sebagai contoh, pada Pemilihan Gubernur Jakarta 2017, sebelum debat, calon gubernur Agus Harimurti Yudhoyono cenderung lebih kuat dibanding yang lain. Tapi, setelah masing-masing kandidat menyampaikan rencana kebijakannya dalam debat, elektabilitas berubah: Basuki Tjahja Purnama alias Ahok menempati peringkat pertama, disusul Anies dan Agus Harimurti.
Ia menyatakan debat kandidat gubernur untuk warga Jakarta itu penting karena masyarakatnya adalah kelompok berpikiran kritis.
“Oleh sebab itu, debat menjadi peluang bagi Pramono yang belum kompetitif untuk muncul dan menawarkan program-program yang bisa diterima oleh publik secara objektif,” ucapnya.
Pasangan calon independen Dharma Pongrekun-Kun Wardana, menurut Saidiman kurang kompetitif, sampai saat ini.
“Namun, masyarakat Jakarta itu kritis. Seandainya duet ini bisa mengemukakan platform kebijakan yang bagus, mereka bisa menjadi kuda hitam,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa