KedaiPena.com – Kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk memberikan makan bergizi langsung kepada anak-anak Indonesia dinilai lebih bersifat populis dibandingkan menyusun kerangka kebijakan makro untuk meningkatkan perekonoian negara.
Pengamat Kebijakan Sosial, Sirojudin Abbas menegaskan langkah Presiden Prabowo Subianto yang memilih membagikan makanan bergizi langsung, ketimbang menciptakan industri mendorong industri dan menciptakan lapangan kerja, supaya rakyat itu punya income, supaya bisa memberikan makanan bergizi untuk anaknya, merupakan perwujudan sikan yang tidak mau menghadapi kenyataan yang keras atau pertanyaan yang lebih konkrit.
“Urusan anak sebenarnya adalah urusan orang tuanya. Urusan negara bukan ngurusin anak tapi ngurusin orang tuanya bisa punya pekerjaan, mendapatkan penghasilan yang layak. Urusan gizi anak, itu urusan orang tuanya. Kalau penghasilan mereka pantas, mereka juga tahu cara memberikan makanan bergizi pada anaknya. Masalahnya, mereka tidak sanggup,” kata Sirojudin dalam salah satu acara daring, dikutip Selasa (18/2/2025).

Ia menyatakan bahwa Presiden Prabowo harus lah terus menerus diingatkan bahwa mimpi besarnya memberikan makan bergizi gratis bagi anak-anak Indonesia tidak harus literally memberikan makan untuk anak-anak itu.
“Kalau mau memberi anak-anak itu makanan bergizi, berikan orang tuanya pekerjaan yang layak. Bangun industrinya. Kurangi korupsinya. Saya kira itu lebih cocok dijadikan kebijakan makro pemerintah sekarang, dibanding bagi-bagi makan langsung ke anak-anak itu,” ujarnya.
Sirojudin menyatakan dengan memberikan secara langsung memang menjadi kebijakan yang populis dan bisa menarik suara.
“Tapi, jadinya kan sama saja seperti Pak Jokowi, bagi-bagi bansos, instan. Tapi tidak mengubah kemampuan masyarakat untuk lebih mandiri dan bertanggungjawab pada dirinya, dan bisa berkonribusi terhadap kemajuan negaranya,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena