KedaiPena.com – Silahturahmi mendadak Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ke rumah dinas Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, tak bisa dijadikan simbol akan adanya koalisi dari dua partai ini. Apalagi kedua tokoh ini, dinilai belum memiliki daya tarik besar dimata para pemilih di Pemilu 2024.
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando Emas menyatakan pertemuan antara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan pertemuan yang biasa sebagai sesama ketum partai politik.
“Sebagai ketum partai politik, AHY perlu membangun komunikasi politik dengan pimpinan partai politik dan tokoh politik untuk mewujudkan ambisinya sebagai capres atau cawapres pada pilpres 2024,” kata Fernando saat dihubungi Minggu (8/5/2022).
Ia menyatakan keraguannya, jika pertemuan ini dijadikan sinyal koalisi antara partai kuning Dan partai biru ini.
“Karena, walaupun Airlangga sebagai Ketum Partai Golkar namun ia tidak memiliki kuasa dalam menentukan koalisi untuk mengusung capres dan cawapres. Apalagi keduanya, Airlangga dan AHY sangat sulit dipasangkan sebagai capres dan cawapres karena tidak memiliki nilai jual yang cukup baik untuk ikut kontestasi pada pilpres 2024,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa Airlangga bukanlah salah satu penentu dalam menentukan arah politik Golkar pada pilpres 2024.
“Luhut Binsar Panjaitan merupakan tokoh Golkar yang akan berperan penting menentukan capres dan cawapres yang akan diusung pada pilpres 2024. Airlangga sangat kecil kemungkinan ikut kontestasi pada pilpres 2024 karena sebagai Menko Perekonomian belum memiliki prestasi yang membuat masyarakat tertarik untuk memilihnya pada pilpres 2024,” ungkapnya lagi.
Selain itu kasus suap proyek pembangunan PLTU Riau-1 yang menyeret Airlangga Hartanto, sewaktu-waktu sangat mungkin diangkat kembali.
“Sangat mungkin Partai Golkar akan mengusung tokoh lain, bukan Airlangga Hartanto sebagai capres dan cawapres pada pilpres 2024. Kalau melihat tokoh yang ada di Golkar saat ini, belum ada yang memiliki tingkat elektabilitas cukup baik. Lebih baik Golkar mempertimbangkan tokoh-tokoh yang potensial saat ini diluar Partai Golkar misalnya seperti Ridwan Kamil yang sangat berpeluang untuk dijadikan kader Golkar,” pungkasnya.
Laporan: Hera Irawan