KedaiPena.com – Kecenderungan harga batu bara yang terus meningkat, dikhawatirkan akan mempengaruhi rencana pemerintah dalam agenda transisi energi. Apalagi, dengan dikeluarkannya izin penambangan khusus bagi Adaro Group.
Pengamat Energi METI, Surya Dharma mengungkapkan bahwa penggunaan energi Indonesia saat ini masih tergantung pada fosil sebesar 88 persen dan untuk kelistrikan masih 86 persen.
“Sedangkan sektor ketenagalistrikan, penggunaan batubara masih sangat dominan, mencapai 63 persen. Hal ini akan berlangsung sampai tahun 2056, jika kita lihat dari rencana coal phaseout yang dibuat dalam peta jalan pengurangan penggunaan batubara utk transisi energi menuju Net Zero Emission tahun 2060,” kata Surya saat dihubungi, Jumat (23/9/2022).
Ia menilai, pemerintah saat ini lebih berat pada pertimbangan ketersediaan bahan bakar pembangkit dari batu bara dalam negri.
“Namun akan menjadi pertanyaan bagi masyarakat awam, karena dari produksi batubara Indonesia yg lebih dari 600 juta ton itu hanya seperempat nya saja yang dipakai dalam negeri. Artinya tanpa perpanjangan utk group ADARO pun kebutuhan batubara dalam negeri masih mencukupi,” paparnya.
Persoalan lain , lanjutnya, dengan perpanjangan ini adalah bahwa komitmen Indonesia untuk penurunan emisi global juga tidak bisa terpenuhi.
“Mestinya kepentingan Indonesia juga bisa didapat dari devisa export batubara. Tapi tentu saja perusahaan sebagai konsekuensi akan menerima lebih banyak keuntungan selama harga batu saat ini yang sudah mencapai 6 kali lipat, yakni 450 dollar per ton dari harga yanh diharapkan, yaitu sekitar 70 dollar per ton,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa