KedaiPena.com – Presiden Prabowo Subianto dalam pidato setelah dilantik menjanjikan bahwa Indonesia akan mencapai swasembada energi dalam waktu 4-5 tahun. Bahkan sebelum pelantikan, Prabowo sudah menyatakan komitmennya untuk mencapai kedaulatan energi melalui pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan menggunakan sumber daya energi yang tersedia berlimpah.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi menyatakan pernyataan Prabowo tentang keberadaan sumber daya itu benar adanya.
Disampaikan, sumber daya energi yang dimiliki Indonesia misalnya kelapa sawit yang bisa menghasilkan solar dan bensin. Tanaman lain yang juga menghasilkan energi, seperti singkong, tebu, sagu, jagung, dan lain-lain.
Selain itu, Indonesia juga juga punya energi panas bumi (geothermal), batu bara, energi tenaga air, angin, dan matahari.
“Masalahnya, Indonesia tidak memiliki teknologi untuk mengolah sumber daya energi tersebut menjadi EBT. Pertamina sudah mengusahakan bio-diesel, yang merupakan percampuran solar dengan minyak sawit. Dimuilai dengan B-20 meningkat ke B-35, naik menjadi B-40. Lalu berhenti lantaran Eni, partner usaha dari Italia, menghentikan kerjasama dengan Pertamina,” kata Fahmy, Senin (21/10/2024).
Pengembangan bio-diesel selain tidak dapat dicapai, lanjutnya, program EBT berbasis sawit juga berpotensi bertabrakan dengan program pangan untuk menghasilkan minyak goreng.
Pun juga dengan program gasifikasi, yang mengolah batu bara menjadi gas, juga mengalami kegagalan setelah Air Product, partner usaha dari Amerika Serikat hengkang dari Indonesia. Alasannya, lanjut Fahmy, gasifikasi dinilai tidak mencapai keekonomian lantaran harga pasar batubara berfluktuasi.
“Untuk mendapatkan teknologi yang dibutuhkan dalam mencapai swasembada energi, ada dua upaya yang harus dilakukan pemerintah. Pertama, menarik investor asing pemilik teknologi untuk bekerja sama dengan perusahaan energi dan BUMN dalam negeri. Strategi kedua adalah mengembangkan riset (R&D) di dalam negeri dengan menggandeng Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan universitas-universitas Indonesia untuk menghasilkan teknologi yang dibutuhkan. Upaya itu dibutuhkan komitmen jangka panjang karena R&D membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar,” ujarnya.
Komitmen Prabowo untuk mencapai swasembada energi, tambah Fahmy, harus ditindak-lanjuti oleh menteri-menteri terkait Kabinet Merah Putih secara konsiten dan berkelanjutan.
“Tanpa upaya serius dan terus menerus, komitmen Prabowo yang disampaikan pada pidato perdana sebagai Presiden untuk mencapai swa-sembada energi tak lebih hanya omon-omon saja,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa