KedaiPena.com – Menanggapi digelontorkannya dana sekitar Rp1,33 triliun untuk perbaikan jalur pantura oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam rangka Mudik 2023, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute Achmad Nur Hidayat mempertanyakan mengapa Jalan Nasional Pantai Utara Jawa alias jalur Pantura selalu direnovasi setiap tahunnya.
Mengutip pernyataan Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR Hedy Rahadian, dana yang dikeluarkan untuk wilayah Banten sebesar Rp137 miliar atau naik dari 2022 sebesar Rp109 miliar, untuk Jawa Barat turun dari Rp331 miliar menjadi Rp302 miliar, Jawa Tengah dari Rp203 miliar naik menjadi Rp543 miliar, dan untuk Jawa Timur dari Rp365 miliar turun menjadi Rp348 miliar.
Ia mengungkapkan secara keseluruhan panjang jalan nasional lintas utara atau biasa disebut jalan Pantura dari wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sepanjang 1.219,43 km dengan kemantapan 96,15 persen. Dengan kata lain masih ada sekitar 4 persen atau 60-70 km dalam kondisi kurang mantap. Menurut Hedy kondisi tersebut disebabkan karena terjadi penurunan kemantapan jalan, khususnya di Pantura wilayah Jawa Tengah dari 97,45 persen (2020) menjadi 89,36 persen (2023).
“Yang menjadi persoalan adalah kenapa perbaikan setiap tahun ini menjadi sebuah keniscayaan?” kata ANH, begitu ia akrab dipanggil, Jumat (14/4/2023).
Jika alasannya bahwa jalur ini banyak dilintasi oleh kendaraan-kendaraan bermuatan berat maka tentunya harus dicari jalan keluar dengan menggunakan bahan yang high grade quality yang bisa tahan lama, bukan kualitas standar yang biasa-biasa saja.
“Jika tidak maka perbaikan jalur Pantura ini akan menjadi proyek Laten yang terus berulang-ulang selama bertahun-tahun,” ujarnya.
Ia menegaskan, harus ada inovasi sehingga jalur Pantura bisa tahan lebih lama sehingga tidak menghamburkan banyak biaya. Hal ini, lanjutnya, sudah berlangsung sangat lama sehingga publik mempertanyakan apakah ini sengaja dipelihara agar selalu ada proyek yang bisa dijadikan bahan bancakan.
“Indonesia tidak kekurangan orang cerdas. BRIN bisa ambil peranan untuk bisa membuat inovasi melalui risetnya. PUPR pun harus mencari bahan terbaik saat ini yang bisa bertahan lama. Semua lini yang terkait seharusnya dioptimalkan untuk diarahkan kepada solusi-solusi dalam pemeliharan jalan Pantura sehingga tidak selalu menghamburkan banyak biaya,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa