Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
WIETEKE Van Dort menangisi berakhirnya masa keemasan Belanda di Nusantara melalui lagu Poor Den Haag.
Penyanyi kabaret terkenal Belanda kelahiran Surabaya itu mengibaratkan Negeri Kincir Angin setelah peristiwa Penyerahan Kedaulatan 1949 bagaikan perempuan yang mendadak miskin dan menjanda. Karena kehilangan suaminya yang kaya, yaitu Indonesia.
Di Belanda kurikulum sejarah mengaburkan fakta bahwa mereka telah ratusan tahun menjajah. Periode kolonialisasi mereka sebut Gouden Eeuw (Zaman Keemasan).
Indonesia diposisikan sebagai Nederland Overseas (Nederland in The Tropics).
Hilangnya Zaman Keemasan ini juga ditangisi oleh para pembesar Belanda yang berkata:
Indie Verloren, Rampsoed Geboren, Hindia Hilang, Maka Lahirlah Malapetaka.
Sebab apalah arti Belanda tanpa koloni kaya seperti Indonesia.
Itulah sebabnya Pangeran Bernhard ingin jadi Oonderkoning (Raja Muda). Suami Ratu Belanda, Juliana, ini kirim Westerling membantai rakyat dan berkongsi dengan para elit pengkhianat untuk memperpanjang masa keemasan Belanda di Indonesia.
Spirit Oonderkoning sekarang rupanya terjadi lagi, dengan pemeran berbeda dan lakon serupa tetapi tak sama. Bentuknya dengan memperpanjang masa jabatan presiden dengan melanggar konstitusi, klaim “big data” manipulatif, sawer duit buat PollsterRp dan tekan parpol untuk memperpanjang masa keemasan oligarki.
“Masa keemasan oligarki terjadi di era Jokowi. Oligarki menjadi bagian dari kekuasaan. Mereka bisa ngatur undang-undang dan kebijakan,” tandas tokoh nasional Dr Rizal Ramli di akun Twitter-nya baru-baru ini.
Hal lainnya, Rizal Ramli juga memperingatkan praktek Peng-Peng (penguasa merangkap pengusaha) kini semakin merajalela. Mereka memperdagangkan jabatan demi proyek dan keuntungan pribadi.
“Itulah alasan mengapa mereka ingin nambah tiga periode untuk masa jabatan presiden. Karena untuk meneruskan penyedotan rente dan melindungi diri dari hukum,” tandasnya lagi.
Istilah Peng-Peng yang diintrodusir oleh Rizal Ramli ini dalam bahasa Belanda ternyata ada padanannya, yaitu Opperkoopman.
Para penguasa VOC dulu umumnya adalah penguasa merangkap pengusaha (pedagang) yang disebut Opperkoopman. Selain bekerja untuk VOC mereka juga bekerja untuk keuntungan diri sendiri.
Itulah sebabnya VOC bangkrut karena korupsi dan utang, akibat ulah Opperkoopman alias Peng-Peng.
Ironisnya para Opperkoopman ini banyak yang mencapai puncak karir dengan menjadi Gubernur Jenderal. Suatu keadaan yang mirip dengan saat ini, Opperkoopman berkongsi dengan oligarki untuk meneruskan masa keemasan, yang tak lain untuk menggasak Republik hingga ludes dan berantakan seperti sekarang.
[***]