KedaiPena.Com – Mengapa isu agama penolakan gubernur non muslim meningkat? Di maret 2016, penolakannya di angka 40%, tetapi di Oktober ini menjadi 55%?
Denny Januar Ali, atau biasa disapa Denny JA, pendiri Lembaga Survei Indonesia (LSI) kepada KedaiPena.Com, di Jakarta, ditulis Sabtu (8/3) mengatakan, selama 5 bulan itu terjadi mobilisasi oleh para tokoh dan organisasi. Antara istigodah di istiqlal yang menghasilkan Risalah Istiqlal, Demo Aliansi Peduli Umat dan Bangsa, imbauan Ketua MUI, dan imbauan Ketua NU Jakarta.
“Di samping itu, mobilisasi ini meningkat sebagian disiram bensin oleh cara Ahok sendiri merespon politik identitas. Seperti kasus di kepulauan seribu, ia tetap bisa berdialog dengan warga tanpa menyinggung ayat Al Quran,” sambungnya.
Bisakah Ahok bisa bangkit kembali? Data ini adalah potret akhir September 2016. Ahok selalu mungkin bangkit kembali jika ia bisa mengurangi semakin meluasnya anti Ahok, terutama untuk isu agama.
“Kenyataannya, sentimen anti Ahok dengan isu agama kini semakin luas dimobilisasi,” tegas Denny.
Ini pelajaran mahal bagi siapapun yang kurang menyukai politik identitas di ruang publik. Di propinsi Kalteng, Kalbar sebenarnya tetap pernah terpilih pemimpin minoritas dalam pilkada.
“Pendukung Ahok perlu merenung mendalam, apa yang ikut disumbangkan oleh Ahok? Tentu sentimen politik identitas sudah ada basisnya di Jakarta. Namun mengapa kehadiran Ahok dalam politik Jakarta justru meningkatkan sentimen politik identitas (agama, etnis) itu, bukan mendinginkannya?,” tandas dia.
(Prw)