KedaiPena.Com – Menko Maritim Luhut Pandjaitan mengajak para peserta Our Ocean Conference untuk bekerja sama dalam memelihara lautan. Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutan penutupan konferensi tersebut.
“Laut adalah masa depan. 95% lautan kita belum dieksplorasi. Kita harus memperlakukan laut kita dengan hati-hati. Kita harus menjaganya bersama karena tidak ada negara, tidak ada organisasi yang bisa menyelesaikan masalah tanpa kerja sama,” ujar Menko Luhut pada pidatonya ditulis Rabu (31/10/2018).
Menurut Menko Luhut kerjasama sangat dibutuhkan karena pada forum OOC ini berbagai masalah telah diidentifikasi dan untuk mencari pemecahannya dibutuhkan aksi nyata dan hasil yang terukur. Kolaborasi di seluruh lapisan dan juga bersama para pemangku kepentingan. Menko Luhut mengimbau para peserta memanfaatkan jaringan yang dibangun pada konferensi ini untuk memecahkan masalah di sekitar laut dan perubahan iklim. Menko Luhut menekankan pentingnya laut sebagai warisan bagi generasi mendatang.
“Dulu saat bertugas di militer saya beranggapan tanah adalah raja tetapi kini saya meyakini laut adalah sang ‘Ratu’, bagi Anda yang mengerti permainan catur pasti paham bahwa Ratu adalah si aktor utama,” ucapnya disambut gelak hadirin.
Kerjasama, adalah juga yang ditekankan Menko Luhut saat memberi sambutan pada pertemuan negara-negara EAS yang membahas memerangi sampah plastik.
“Kita harus bekerja bersama, aksi kolektif dalam penelitian, teknologi, dan inovasi, kebijakan, pembiayaan, dan berbagi pengetahuan, akan lebih membuahkan hasil. Memenangkan perang melawan polusi plastik laut membutuhkan koordinasi dan kebijakan yang konsisten,” katanya.
Menko Luhut melihat peluang bagi negara-negara anggota EAS untuk bekerja bersama, dalam solidaritas untuk secara kolektif menunjukkan bagaimana para annggota berjuang mencari solusi.
“Semoga suatu saat kita bisa mengubah topik diskusi dari dari salah satu ‘penghasil plastik terbesar’ ke salah satu ‘juara solusi plastik’,” katanya optimistis.
The EAS beranggotakan 18 negara terdiri dari negara-negara ASEAN (Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) ditambah Australia, China, India, Jepang, New Zealand, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Rusia.
Laporan: Muhammad Hafidh