Artikel ini ditulis oleh M.Idrid Hady, Sekjen Aliansi Damai Anti Penistaan Agama (Ada Api).
Penulis merangkum pemikiran para tokoh atau penulis menyebut mereka adalah tokoh, tentang dunia pendidikan.
Sekaligus penulis membatasi hanya lima saja.
Tentu masih banyak tokoh lainnya yang bisa menempati posisi-namun keterbatasan literatur yang dimiliki.
Oleh karenanya hanya bisa merangkum dalam keterbatasan.
Kelima tokoh ini memiliki pandangan unik tentang pendidikan, tetapi semuanya menekankan pentingnya ilmu, karakter, dan manfaat bagi masyarakat.
1. Ki Hajar Dewantara: Pendidikan untuk Kemerdekaan dan Karakter
Pendidikan harus membentuk manusia yang merdeka secara pikiran, jiwa, dan tindakan. Filosofinya:
Ing Ngarsa Sung Tuladha (memberi teladan).
Ing Madya Mangun Karsa (membangun semangat).
Tut Wuri Handayani (memberi dorongan).
Fokusnya adalah pembentukan karakter dan kebangsaan, bukan sekadar akademik.
2. Ibnu Sina, Pendidikan untuk Pengembangan Akal dan Jiwa
Ia melihat pendidikan sebagai cara mengembangkan akal dan moral.
Belajar harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak, mencakup ilmu agama, filsafat, sains, dan kedokteran.
Pendidikan juga harus memperhatikan kesehatan mental dan fisik murid.
3. KH. Ahmad Dahlan: Pendidikan Islam yang Modern
Pendiri Muhammadiyah ini memadukan ilmu agama dan ilmu umum dalam pendidikan.
Ia menekankan reformasi pendidikan Islam, agar umat Islam bisa maju dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
4. KH. Hasyim Asy’ari: Pendidikan Berbasis Pesantren dan Akhlak
Pendiri NU ini menekankan pendidikan pesantren dengan fokus pada akhlak, ilmu agama, dan tradisi Islam.
Ia mengajarkan pentingnya tasamuh (toleransi), tawasuth (moderasi), dan tawazun (keseimbangan) dalam pendidikan.
5. Anies Baswedan: Pendidikan sebagai Eskalator Sosial
Menurutnya, pendidikan adalah alat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan sosial.
Ia menekankan pemerataan pendidikan melalui zonasi sekolah, pendidikan karakter, dan penguatan literasi.
Kesimpulan
Ki Hajar Dewantara menilai pendidikan membangun karakter dan kebangsaan.
Ibnu Sina menilai pendidikan mengembangkan akal dan kesehatan jiwa.
Ahmad Dahlan menilai pendidikan Islam harus modern dan inklusif.
Hasyim Asy’ari menilai pendidikan pesantren berbasis akhlak dan tradisi.
Anies Baswedan menilai pendidikan sebagai alat kesetaraan dan kemajuan sosial.
Meskipun dari latar belakang berbeda, kelimanya sepakat bahwa pendidikan adalah kunci perubahan dan kemajuan umat.
Namun jangan lupa, tokoh lainnya seperti Nelson Mandela mengingatkan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.
Untuk Indonesia kekinian? Entahlah.
Wallohu’alam Bisshowab.
[***]