KedaiPena.com – Untuk menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia, dinyatakan perlu kemauan dari semua pihak until membuka diri dan berkolaborasi menjadikan pendidikan bukan hanya sebagai program tapi sebuah Gerakan.
Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyatakan guru yang dikenang adalah yang meninggalkan kesan pada murid.
“Dari sekian banyak guru, sejak kita kecil hingga jenjang tinggi, guru yang diingat, yang dijadikan referensi, jadi teman diskusi adalah guru yang menempatkan diri kita sebagai teman, menempatkan kita setara, yang mau berbicara menggunakan bahasa sama dengan muridnya. Guru-guru seperti ini lah yang bisa membangun komunikasi dengan muridnya,” kata Anies dalam acara Belajaraya di Pos Bloc Pasar Baru Jakarta, Sabtu (29/7/2023).
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun menceritakan tentang kenangannya bersama Guru Olahraga semasa SMP, yang juga pelatih Kempo-nya.
“Jadi barangkali, guru saat ini bisa menempatkan diri setara, sejajar dengan para muridnya. Bisa ngobrol santai dengan muridnya. Sehingga bisa membangun komunikasi baik dengan murid-muridnya,” ujarnya.
Anies juga menceritakan tentang pengalaman informalnya mengajar bahasa Inggris kepada satpam, yang penuh dengan kenangan lucu.
“Saya ingat, itu tahun 1991, ada salah seorang satpam itu bertanya, unyeng-unyeng itu bahasa Inggris-nya apa ya. Saat itu, saya juga bingung, apa ya. Circle-head?. Suasana yang rileks seperti membuat suasana belajar mengajar menjadi terbangun,” tuturnya yang disambut tawa audiens diskusi.
Dari perjalanannya dalam bidang pendidikan itu lah, ia menempatkan guru itu sebagai pemimpin di suatu kelas.
“Guru itu bukan mengajar, tapi memimpin. Dan menjadikan ruangan belajar menjadi suatu ruang leadership dan fellowship,” tuturnya lagi.
Dalam dunia pendidikan Indonesia, Anies menyebutkan ada beberapa tantangan besar yang harus diselesaikan.
“Salah satunya adalah menjadikan pendidikan itu sebagai gerakan. Selama ini, pendidikan itu dijadikan program dan kebijakan satu pihak. Pendidikan itu milik pemerintah, wujudnya dinas. Harusnya pendidikan itu menjadi milik semua pihak dan pemerintah yang menyediakan ruang kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan,” ungkapnya.
Dengan menjadikan pendidikan sebagai gerakan, maka pemerintah yang memiliki fiskal dan otoritas akan bisa berkolaborasi dengan pegiat pendidikan yang memiliki inovasi, kreativitas dan pengalaman di lapangan.
“Semuanya terlibat dan saling berkolaborasi. Ini semua bisa diwujudkan jika semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan mau membuka diri dan menjadi pihak yang sama pentingnya, dalam membangun pendidikan Indonesia,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa