KedaiPena.Com-Direktur Center For Budget Analysis (CBA), Uchok sky Khadafi mendesak agar jajaran Direksi dan Komisaris perusahaan pelat merah yakni PT Semen Indonesia Group atau SIG (Persero) Tbk dicopot.
Uchok sapaanya meminta hal itu usai menyoroti kinerja masalah dari BUMN infrastruktur yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini.
Uchok mengungkapkan, jika laporan keuangan kuartal III/2024, PT Semen Indonesia Group (Persero) Tbk mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 4,93%.
Secara tahunan (yoy), kata Uchok, penurunan perusahaan pelat merah tersebut mencapai Rp26,29 triliun dari sebelumnya Rp27,66 triliun.
“Bila perlu para komisaris dan direkturnya dicopot saja karena tidak bisa berbisnis semen karena dinilai lamban dalam beradaptasi dengan banyak proyek yang ditunda,” tegas dia kepada awak media di Jakarta, Minggu,(19/1/2025).
Uchok meminta, pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN pimpinan Erick Thohir sebagai pemilik saham terbesar di PT Semen Indonesia Group (SIG) Tbk harus mengevaluasi para direksi dan komisarisnya.
“Pemerintah sebagai pemegang saham di SIG harus evaluasi para komisaris dan direksi lantaran terjadi penurunan pendapatan, dan laba,” ujarnya.
Uchok menjelaskan, penurunan pendapatan kepada BUMN akibat dari tekanan beban operasi lainnya yang tercatat minus Rp30,41 miliar.
Hal ini, tegas Uchok, kontras dengan pos pendapatan operasi lainnya di PT Semen Indonesia Group sebesar Rp85,21 miliar.
“Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk longsor 58% menjadi Rp719,72 miliar per kuartal III/2024 dari Rp1,72 triliun per kuartal III/2023,” jelas Uchok.
Uchok melanjutkan, berkaca dari analisis pasar, PT Semen Indonesia Group juga mengalami penurunan penjualan signifikan di tahun 2024.
Penurunan ini, kata Uchok, jauh jika dibandingkan tahun 2023.
“Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan di sektor konstruksi, yang dipicu oleh stagnasi pertumbuhan ekonomi nasional dan kebijakan moneter yang lebih ketat,” jelas dia.
Uchok tak menampik, banyak proyek konstruksi besar yang terpaksa ditunda dan telah menyebabkan dampak langsung pada konsumsi semen.
“Sektor industri semen di Indonesia juga dihadapkan pada sorotan yang semakin tajam terkait isu lingkungan.Permasalahan selama ini terkait emisi karbon dan dampak pertambangan bahan baku semen mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat,” tegas Uchok.
Tak hanya itu, di tengah penurunan kinerja Semen Indonesia, sejumlah pesaing lokal dan internasional mulai merambah pasar semen Indonesia dengan strategi agresif.
Perusahaan-perusahaan baru yang menawarkan produk dengan harga lebih kompetitif dan teknologi ramah lingkungan mulai menarik perhatian konsumen.
Uchok mengamini, hal ini turut membuat Semen Indonesia tertekan untuk berinovasi, namun tampaknya langkah yang diambil masih belum cukup untuk memulihkan pangsa pasar yang hilang.
“Seiring dengan penurunan pendapatan, harga saham Semen Indonesia juga mengalami penurunan yang cukup dramatis. Saham SIG anjlok sebesar 12,5% ytd saat ini harga saham SMGR menyentuh Rp 2.870,” ungkap dia.
“Investor mulai khawatir dengan utang perusahaan yang terus membengkak, sementara laporan keuangan menunjukkan adanya potensi untuk gagal bayar jika tren penurunan ini berlanjut,” tambah Uchok.
Dengan kondisi demikian, Uchok menilai, banyak pihak meragukan kemampuan Semen Indonesia Group untuk segera bangkit dari krisis ini.
“Dengan rangkaian masalah yang dihadapi, tahun 2025 menjadi periodisasi yang krusial bagi PT Semen Indonesia. Apakah perusahaan ini mampu bertahan dan beradaptasi dengan cepat? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut,” pungkas Uchok.
Laporan: Tim Kedai Pena