KedaiPena.Com – Indonesia membutuhkan terobosan, berpikir ‘out of the box’. Indonesia tidak boleh didikte oleh ‘doktrin comparative advantage’ yang statis, tetapi harus dinamis.
Demikian dikatakan begawan ekonomi DR Rizal Ramli dalam Seminar di Universitas Kebangsaan Bandung, dalam tema ‘Potensi Ekonomi Indonesia dalam Memacu Peningkatan Kesejahteraan Rakyat’, belum lama ini.
Hadir dalam acara itu, tokoh Jawa Barat serta aktivis 77-78 serta aktivis lintas generasi.
“Kita tidak boleh berhenti hanya menjadi pengekspor ‘raw material’. Ketika kita mengolah kekayaan alam desain rancang bangunnya sudah mencakup penghiliran industri,” tegas penyandang predikat Rajawali Ngepret ini.
Sebagai contoh, ketika dirinya menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya. Ia meminta Blok Marsela agar dibangun di darat, bukan ‘offshore’. Harapannya adalah agar di kemudian hari bisa dibangun industri petrokimia sebagai industri hilir.
“Selama ini kita hanya ekspor, diantaranya ke Taiwan setelah itu kita membeli produk petrokima ke mereka. Taiwan mendapatkan nilai tambah yang sangat besar, kita ekspor ‘raw material’ dengan nilai tambah kecil,” sambung Gus Romli, sapaannya di kalangan nahdliyin.
Hal itu yang membuat Indonesia disusul dan ditinggalkan oleh banyak negara lain. Indonesia bagaikan kerbau yang mengikuti begitu saja resep generik bikinan World Bank dan IMF, kesenjangan tinggi, pengangguran dan kemiskinan ‘persistent’.
Pengalaman yang sama terjadi juga di sejumlah negara di Amerika Latin akibat membeo kepada World Bank dan IMF.
“Kita kaya dengan sumber daya alam, namun tidak mesti kita menggantungkan diri kepada SDA saja. SDA harus dianggap sebagai modal untuk menghantarkan SDM kita pada taraf kemajuan dan kemampuan kompetisi tingkat dunia,” tegas penasehat ekonomi PBB ini.
“Jadi ‘comparative advantage’ kita bergerak dari SDA ke SDM. Jembatan dari perubahan tersebut adalah strategi. Apa strategi politik dan ekonomi untuk mewujudkannya? Strategi inilah yang membutuhkan terobosan atauk pemikiran ‘out of the box’, keluar dari doktrin ‘comparative advantage statis’ yang didiktekan oleh Bank Dunia,” tandas RR, sapaannya.
Laporan: Muhammad Hafidh