SIAPA yang tidak kenal Rizal Ramli? Seorang tokoh yang terkenal kritis kepada rezim siapapun. Penguasa Orde Baru dan Orde Reformasi disikatnya.
Tidak hanya ketika di luar kekuasaan, di dalam kekuasaanpun ia tetap kritis. Idealismenya tak diragukan. Prinsipnya tak bisa ditukar dan dikompensasi dengan apapun.
Soal kapasitas, alumni ITB ini punya seabrek gelar pendidikan dan pengalaman di pemerintahan. Itulah sebabnya, sejumlah pihak menggadang-gadang Rizal Ramli (RR) untuk maju menjadi calon presiden di 2019.
Sudah saatnya ia harus memimpin negeri ini. Ketegaran dan ketegasannya dianggap bisa menjadi solusi bagi negeri yang terkesan carut marut dan selalu gaduh ini.
Selain Anies Rasyid Baswedan dan Gatot Nurmantyo, Rizal Ramli dianggap cocok menjadi antitesa Jokowi. Pasalnya, pertama, ia pernah menjadi menteri di kabinet Jokowi yang dipecat.
Gara-gara ia terlalu kritis soal reklamasi, Rizal Ramli diberikan “kartu merah”. Ide moratorium memaksa tokoh ini diberhentikan hanya beberapa bulan setelah dilantik jadi menteri. “Sakitnya tuh di sini,” kata anak zaman now.
Kedua, reklamasi yang nampaknya masih terus ingin dipertahankan oleh kubu istana bisa menjadi momentum bagi Rizal Ramli untuk menghangatkan kembali isunya. Pilpres bisa membuka fase kedua Rizal Ramli vs Jokowi. Bukan sebagai menteri vs presiden, tetapi menjadi rival politik di pilpres 2019.
Ketiga, tage line pro rakyat yang melekat dan menjadi karakter Rizal Ramli akan menjadi modal cukup besar jika dikapitalisasi dalam kepentingan pilpres 2019.
Konsistensi keberpihakan Rizal Ramli kepada rakyat adalah magnet politik yang potensial menjadi “brand” yang sangat layak jual. Soal ini, Rizal Ramli punya track record yang tidak diragukan.
Keempat, kedekatan Rizal Ramli akhir-akhir ini dengan simpul dan kelompok Islam akan berpotensi membuka “kran dukungan”, terutama dari kelompok ABJ (Asal Bukan Jokowi).
Lawan Jokowi mesti seorang fighter, sebab Jokowi adalah seorang fighter. Rizal Ramli punya tipe fighter. Mimik wajah, performance dan gaya bicara Rizal Ramli adalah seorang petarung.
Di segmen ini, Rizal Ramli mirip Ahok. Bedanya, Ahok lebih norak. Sementara Rizal Ramli lebih tampak terdidik dan merepresentasikan kelasnya sebagai negarawan.
Apalagi jika ia didampingi Susi Pujiastuti, menteri kelautan sebagai wapresnya. Keduannya sama-sama penentang reklamasi dan rival Luhut Binsar Panjaitan. Hanya saja, nasib Susi lebih baik. Tidak diberhentikan Jokowi.
Selain Susi, ada Puan Maharani. Jika Jokowi dengan partai koalisi pemerintahan membuat keputusan “enggan mengambil Puan Maharani” sebagai cawapres Jokowi, maka Rizal Ramli punya kesempatan untuk berpatner.
Partai dapat, jaringan nasionalis lumayan besar. Apalagi, elektabilitas PDIP paling besar diantara partai yang ada, yaitu 22%.
Ketiga tokoh ini, Rizal Ramli, Susi Pujiastuti dan Puan Maharani memang belum muncul namanya di berbagai survey capres dan cawapres. Sebab, ketiganya belum memunculkan diri.
Jika Rizal Ramli mau melakukan deklarasi, maka nama Rizal Ramli diprediksi kuat akan cepat melejit. Apalagi jika deklarasi dilakukan di salah satu pulau reklamasi, maka simbol perlawanan akan semakin kuat. Ini akan menjadi “Rizal Ramli Banget”(RRB). Brandingnya menggigit.
Reklamasi identik dengan Rizal Ramli. Hanya saja, ia kehilangan momentum setelah dipecat jadi Menko Maritim. Dan momentum itu kemudian diambil dan dilanjutkan oleh Anies Baswedan, pasca dilantik jadi gubernur DKI.
Tapi, jika Rizal Ramli mau, momentum itu bisa diambil lagi. Setidaknya bisa berbagi dengan Anies Baswedan. Dan momentum itu adalah pilpres 2019. Hanya butuh pernyataan dalam deklarasi untuk maju di pilpres 2019, popularitas Rizal Ramli akan potensial naik kembali. Disinilah kesempatan dan magnet Rizal Ramli untuk memasukkan namanya di survey capres 2019.
Soal partai, akan terjadi seleksi alam. Siapapun yang elektabilitasnya dianggap cukup dan kompetitif, partai akan melamar, mendukung dan mengusungnya. Dan jaringan finansial akan bersikap persis seperti partai. Rizal Ramli punya “kans” untuk mendapatkan keduanya.
Masuknya Rizal Ramli dalam bursa pilpres 2019 akan membuat konstalasi politik semakin menarik. Peta berubah, dan kemungkinan akan ada tiga pasang calon. Partai bisa terbelah menjadi tiga koalisi: pertama, koalisi pemerintahan. Kedua, PDIP dan satu partai tambahan. Ketiga, partai oposisi.
Siapa akan jadi pemenangnya? Masih terlalu jauh untuk bisa diprediksi. Tapi, Rizal Ramli punya peluang.
Oleh Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa