KedaiPena.com – Layanan penanganan bibir sumbing dinyatakan tak bisa hanya berhenti pada perbaikan bibir dan mulut saja tapi sebaiknya dilanjutkan dengan rehabilitasi vokasi untuk melancarkan proses bicara pasien.
Kepala Pusat Rehabilitasi, Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal TNI dr. Daniel L. Wartoadi, Sp.Rad, menyatakan kasus bibir sumbing memang sering kali terjadi.
“Jadi kolaborasi dengan Smile Train ini merupakan upaya kami berkontribusi untuk membantu. Dan tak hanya melakukan penanganan awal tapi kami juga akan memulai layanan paripurna yaitu rehabilitasi vokasi atau terapi wicaranya,” kata Brigjen Daniel, ditulis Jumat (21/10/2022).
Dan khusus untuk layanan ini, ia menyatakan sudah menjalin kerjasama dengan pihak Amerika Serikat dalam hal pelatihan.
“Jadi kami mengupayakan yang maksimal. Pusat Rehabilitasi ini bukan hanya untuk Kemenhan, TNI dan keluarga Kemenhan TNI tapi untuk seluruh masyarakat Indonesia yang membutuhkan,” ucapnya.
Kedepannya, ia menyatakan pihaknya sedang mengupayakan untuk dapat lebih membantu layanan yang menggunakan BPJS Tenagakerja untuk layanan vokasi bagi para disabel akibat risiko kerja. Sehingga, tetap memiliki kemampuan untuk menjalankan hidup dengan baik.
“Untuk tenaga medisnya, dari rumah sakit ini dua orang dan dari PERAPI ada lima orang yang diperbantukan,” ucapnya lagi.
Terkait kasus bibir sumbing, Brigjen Daniel menekankan pentingnya pantauan selama antenatal care untuk mencegah kasus bibir sumbing.
“Kami menghimbau agar ibu hamil melakukan pemeriksaan secara teratur selama kehamilan. Jika memang terjadi bibir sumbing, maka secepatnya dilakukan penanganan di waktu dini,” tandasnya.
Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Indonesia (PERAPI), dr. Risa Krisanti menyatakan penanganan bibir sumbing dapat dilakukan sejak umur tiga bulan dengan minimal berat lima kilo.
“Penanganan pertama biasanya kita akan memperbaiki bibirnya dahulu. Sehingga anak dapat dengan mudah meminum susu dan menyedot. Setelah tiga bulan dari penanganan pertama atau usia penderita lebih dari 1 tahun, baru dilakukan penanganan langit-langit mulut yang akan membantu pasien berbicara tidak sengau,” kata Risa
Ia menyebutkan jika penanganan dilakukan sejak dini, semakin bagus hasil penanganannya.
“Memang bibir sumbing ini terbanyak karena faktor genetika. Tapi ada juga beberapa kasus yang terjadi akibat mengkonsumsi obat-obatan yang terindikasi memiliki pengaruh pada kehamilan. Misalnya, obat yang mengandung tetraciclin,” ujarnya.
Ia memaparkan bahwa carrier bibir sumbing bisa terjadi pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan persentase yang sama besar.
“Potensi bibir sumbing ini bisa terlihat sejak dalam kandungan jika menggunakan USG 4 dimensi. Kalau 2 dimensi tidak terlihat,” ujarnya lagi.
Laporan: Ranny Supusepa