KedaiPena.Com – Desa Pemuteran, Bali, mempersembahkan festival berbasiskan masyarakat, seni, dan budaya bertajuk ’Pemuteran Bay Festival 2017’. Acara yang berlangsung selama 4 (empat) hari sejak 13 Desember hingga 16 Desember 2017 ini bertujuan untuk menanamkan semangat kebersamaan dan konservasi lingkungan laut, salah satunya terkait penanaman dan konservasi terumbu karang.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Maritim, Arif Havas Oergoseno mengungkapkan, festival yang bertemakan ‘Tanjung Budaya Dalam Pemuteran Gerokgak Singaraja’ ini tak lepas dari peran tokoh-tokoh muda di Indonesia yang peduli akan penanganan kerusakan laut, misalnya penanganan terumbu karang. Oleh karena itu, ia yakin bahwa generasi muda mampu mengatasi kerusakan terumbu karang.
“Rehabilitasi terumbu karang Teluk Pemuteran oleh tokoh-tokoh muda membuktikan bahwa Indonesia, melalui generasi mudanya, mampu menjadi ujung tombak penanganan kerusakan lingkungan laut. Sudah saatnya, Pemuteran-pemuteran baru dikembangkan di berbagai penjuru laut Indonesia agar kerusakan 30% terumbu karang kita diatasi,†jelas Deputi Havas.
Oleh sebab itu, papar Deputi Havas, kehebatan para tokoh muda Pemuteran perlu diproyeksikan ke dunia Internasional. Sehingga Indonesia juga dapat dikenal dengan terumbu karangnya.
“Indonesia harusnya tidak hanya dikenal tegas menenggelamkan kapal pencuri ikan, tetapi juga harus dikenal sebagai bangsa ilmuwan terumbu karang,†tuturnya.
Deputi bidang Koordinasi SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim, Safri Burhanuddin juga mendukung terselenggaranya acara ini. Menurut Deputi Safri, ‘Pemuteran Bay Festival 2017’ di Desa Pemuteran-Bali inu merupakan suatu eco-festival, yang mengangkat kembali penguatan kembali kehidupan terumbu karang,
“Melalui penanaman kembali dan rehabilitasi terumbu karang, dan ditampilkan dalam bentuk seni dan budaya lokal,†singkat Deputi Safri.
Sementara itu, Koordinator Nasional Biorock Indonesia yang juga merupakan salah satu tokoh muda, Prawita Tasya Karissa, mengungkapkan, ‘Pemuteran Bay Festival 2017’ ini juga merupakan salah satu sosialisasi atau kampanye agar masyarakat dan para pemangku kepentingan terus mendukung upaya rehabilitasi terumbu karang, mengingat diperlukan waktu bertahun-tahun untuk rehabilitasi terumbu karang dan terus dijaga dari berbagai ancaman.
“Rehabilitasi terumbu karang sering salah dipahami sebagai kegiatan transplantasi, padahal rehabilitasi memerlukan perencanaan, perawatan, dan dukungan dari para pemangku kepentingan, terutama masyarakat,†ujar Tasya.
Dalam hal ini, Tasya menambahkan, banyak kementerian/lembaga terkait memiliki program rehabilitasi terumbu karang, namun belum bersinergi dengan baik. “Harapan kami selanjutnya Kemenko Maritim mampu memimpin dan mengoordinasikan upaya-upaya untuk rehabilitasi dan pelestarian terumbu karang di Indonesia,†ungkapnya.
Diketahui, berbagai penghargaan yang sempat diraih oleh Desa Pemuteran menjadikan masyarakat Desa Pemuteran dengan semangat kebersamaan untuk tetap dapat berbagi dan menggemakan semangat konservasi lingkungan terutama terumbu karang melalui penyelenggaraan festival ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Penggagas Festival Teluk Pemuteran, Agung Bagus Mantra.
“Adapun penghargaan yang sempat diraih oleh Desa Pemuteran seperti, PATA Gold Award, Equator Prize Award UNDP, UNWTO Gold Award, dan berbagai penghargaan international lainnya, di mana penghargaan terakhir yang di raih adalah ISTA Gold Award,†kata Agung.
Agung yang sekaligus merupakan Ketua Yayasan Karang Lestari juga mengungkapkan, penghargaan ini diraih berkat kerja sama semua lapisan yaitu masyarakat, industri pariwisata, pegiat konservasi serta dukungan pemerintah kabupaten Buleleng.
“Penyelenggaraan festival di tahun ini diharapkan menjadi momentum oleh masyarakat Desa Pemuteran untuk tetap menjaga dan mengembangkan dengan baik dan benar potensi desa serta terus memperkenalkan dan mempromosikan ke dunia international,†urainya.
‘Pemuteran Bay Festival 2017’ ini sendiri merupakan tahun pertama festival yang diselenggarakan di Desa Pemuteran dengan mengangkat nama Pemuteran melalui penggalian berbagai potensi keindahan alam dan budaya Desa Pemuteran, di mana 2 tahun berturut-turut sebelumnya festival diadakan dengan nama BBDF (Buleleng Bali Dive Festival).
Dalam penyelenggaraan Festival Pemuteran ditampilkan maskot seni sebagai akar konservasi, tahun ini Garuda adalah maskot dari festival, yang ditampilkan dalam bentuk 2 karya patung garuda dengan kombinasi ulatan besi yang ditenggelamkan sebagai maskot konservasi struktur terumbu karang dengan teknologi Biorock. Sampai saat ini lebih dari 77 struktur terumbu karang yang ada di bawah laut Pemuteran.
Dipilihnya maskot Garuda, karena Garuda bagi kepercayaan masyarakat Hindu Bali adalah kendaraan suci Dewa Wisnu sebagai dewanya laut (baruna), serta Garuda sebagai lambang negara. Proses instalasi garuda ini melibatkan sekitar kurang lebih dari 50 penyelam dan masyarakat, yang salah satunya adalah vokalis band ternama, yaitu Akhadi Wira Satriaji atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kaka Slank, ia juga merupakan aktivis konservasi kelautan.
Menurut Kaka Slank, upaya konservasi terumbu karang patut dan harus dilakukan, terutama oleh generasi muda. “Selama ada kemauan, pasti ada jalan, bahkan lokasi terumbu karang yang hancur pun bisa diperbaiki dan menjadi sesuatu yang unik dan menghasilkan pendapatan bagi masyarakatnya. Dan Desa Pemuteran sudah membuktikannya,†pungkasnya menyemangati para generasi muda untuk terlibat dalam pelestarian terumbu karang.
Laporan: Muhammad Hafidh