KedaiPena.Com- Sejak awal Januari sampai dengan pertengahan Desember 2020, kasus (DBD) di Kota Serang mencapai 256 penderita. Hal tersebut disampaikan oleh Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Muhammad Affan.
“Dari Januari sampai Desember hari ini ada 256 penderita DBD di Kota Serang. Ada peningkatan sedikit dari tahun 2019 ada 249. Yang meninggal tahun 2020 ada 4,” ucap Affan begitu dirinya di sapa di ruangan kerjanya, Selasa (22/12/2020).
Selanjutnya, dirinya menyampaikan, kenaikan kasus tersebut, lantaran faktor cuaca dan siklus lima tahunan yang biasanya terjadi peningkatan.
“Kenaikan faktor cuaca juga siklus 5 tahun biasanya ada peningkatan dan memang bukan di Kota Serang sendiri daerah lain di provinsi Banten sama persis ada peningkatan kasus,” tambahnya.
Menurutnya, kenaikan signifikan kasus DBD di kota Serang pada bulan Februari 2020 sebelum pandemi Covid-19.
Akan tetapi, kata dia, saat pandemi ini pihak dinkes tidak merasa ada kendala dalam sosialisasi DBD kepada masyarakat.
“Ya memang semua pada fokus ke covid tapi alhamdulillah tidak ada kendala kita karena kita naungannya di Puskesmas ada pembentukan sudah ada pembentukan G1R1J (Gerakan Satu rumah Satu jumantik). Kita sudah membentuk 16 Puskesmas kader untuk mengawal jadi dulu kader yang mengontrol ke rumah, nah sekarang yang punya rumahnya memantau sendiri dan melaporkan ke pada kader,” jelasnya.
Dirinya mengatakan, saat ini daerah rawan DBD untuk kota Serang yaitu kecamatan Serang dan Walantaka.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Affan mengatakan, pihaknya kerap melakukan fogging.
“Foging itu sudah dianggarkan dari APBD bahwa itu juknis dari dinas kesehatan. Sebelum fogging kita melakukan pemberantasan sarang nyamuk terlebih dahulu,” katanya.
Selain melakukan fogging, kata Affan, pihaknya juga kerap melakukan edukasi kepada masyarakat melalui jumantik, dan ketika di musim penghujan diadakan penyuluhan DBD di tingkat puskesmas.
“Untuk pencegahan DBD mirip dengan penyakit menular 3M plus menguras, membersihkan, mendaur ulang. Artinya jangan mengubur, DBD itu kan ada di genangan air, di botol di plastik jangan dikubur karena plastik tidak mengurai. Serta dalam seminggu sekali bak dikuras agar tidak terjadi jentik menjadi nyamuk,” tuturnya.
Dirinya mengaku, untuk saat ini terkait peningkatkan kesadaran masyarakat belum optimal.
Ia pun berharap, G1R1J dapat berjalan dengan baik dan masyarakat dapat lebih memahami serta membantu untuk mencegah hal tersebut.
“Kita terus mengadakan edukasi dengan pelaksanaan 3 M itu, optimal insyaAllah akan menurun, intinya tidak ada genangan air, penampungan air lalu barang-barang bekas. Kita kuatkan penyuluhan ini agar kesadaran masyarakat,” tandasnya.
Laporan: Sulistyawan