KedaiPena.Com – Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara diminta untuk menjadikan situs sejarah Sumur Nommensen yang berada di Desa Sihorbo, Kecamatan Barus sebagai objek wisata rohani.
Hal itu termaktub dalam salah satu poin rekomendasi Seminar tentang Situs Sejarah Sumur Nommensen yang digelar Dinas Pendidikan Tapteng di Hotel Pia, Pandan, Jumat (19/5).
Untuk mendukung mewujudkan hal itu dilakukan sejumlah langkah-langkah, yakni pertama dengan secara resmi menamai Sumur tersebut sebagai Sumur Nommensen. Kedua, pemerintah diminta untuk mempersiapkan warga menerima penamaan tersebut dan ikut berperan serta memajukan objek wisata rohani tersebut, serta ketiga dengan membuat master plan pengembangan situs tersebut.
Beberapa rekomendasi penting lain yang dihasilkan dalam seminar tersebut, yakni pengakuan atas keberadaan Sumur Nommensen yang dilatarbelakangi kunjungan Ephorus HKBP Ingwer Ludwig Nommensen pada tahun 1962. Nommensen juga disebutkan pernah tinggal di Barus selama 5 bulan di Kerajaan Sijungkang dan Kerajaan Rambe.
Kemudian, disebutkan juga pada tahun 1911, Nommensen sebagai Ephorus mengutus pendeta untuk membuka stasi gereja di Barus yang sesuai dengan misi Nommensen yakni disitu ada Gereja, disitu ada Sekolah dan ada pusat kesehatan. Misi tersebutlah menjadikan peran air bersih dari sumur sangat penting.
Pj Bupati Tapteng Bukit Tambunan saat diwawancarai mengaku akan menindaklanjuti hasil seminar tersebut. Langkah-langkah pembangunan untuk mendukung rekomendasi tersebut akan dijadikan sebagai prioritas.
“Infrastruktur sudah pasti, dari berbagai aspek harus dibangun, baik transportasi. Dan yang disampaikan pak RE Nainggolan, bagaimana agar disatukan destinasi wisata di Danau Toba dengan Pantai Barat yakni di Barus,†kata dia.
Sementara itu, tokoh masyarakat Sumatera Utara RE Nainggolan yang juga dihadirkan sebagai salah seorang pembicara dalam seminar itu kepada wartawan mengatakan, mengadakan seminar tentang Sumur Nommensen dan merekomendasikannya sebagai objek wisata rohani adalah bagian dari upaya membangun Barus yang terkenal sejak masa lalu.
“Barus itu kan satu pelabuhan yang sangat luar biasa, sebelum Masehi juga sudah dikenal, kita juga tau persis bagaimana sejarah barus dimana berbagai bangsa-bangsa datang ke Barus, itu harus kita kembalikan agar bisa diketahui setiap orang, karena itu perlu sekali buat Master Plan pembangunan Barus sekitarnya, yang didalamnya ada (Sumur Nommensen) Sihorbo, Papan Tinggi, Mahligai, pal satu, pal 2,†kata RE.
Selain mendorong penetapan Sumur Nommensen sebagai objek wisata rohani itu, mantan Sekda Provinsi Sumut ini berpendapat bahwa dibutuhkan seminar lanjutan yang membahas pembangunan Barus secara menyeluruh. Alasan mendasar dari seminar itu, terang RE, yakni untuk memastikan bahwa Barus adalah memang lokasi sejarah dimana terjadi pertemuan antar Agama yang ada di nusantara.
“Disisi lain harus ada seminar (lain) yang memastikan bahwa memang Barus itu merupakan pertemuan antar agama di Nusantara. Saya pernah mendengar pernyataan almarhum Gusdur, bahwa Barus itu adalah pertemuan antar agama, terbukti Islam telah menetapkan Barus menjadi titik nol dan kita baca dalam catatan sejarah, abad 6 dan ke 7 agama Kristen pertama masuk ke Barus. Jadi ini harus diseminarkan, dengan demikian kalau ini sudah konkret ada master plan nya, dari situ dirinci pembangunannya, apakah APBD Kabupaten atau provinsi atau APBN atau berbagai pemangku amanah,†urai RE.
Diketahui, selain RE Nainggolan, dua pembicara lainnya turut dihadirkan dalam seminar tersebut, diantaranya DR. Jubil Rapian Hutauruk yang pernah menjabat sebagai Ephorus Emeritus HKBP periode 1998-2004. Seminar tersebut juga dihadiri sejumlah elemen masyarakat dan kalangan Pendeta.
Laporan: Dom