KedaiPena.Com – Pandeglang dahulu memiliki identitas sebagai “Kota Seribu Ulama & Sejuta Santri”. Namun, kearifan lokal itu kini hanya tinggal kenangan. Praktek kebudayaan dan keberagamaan sudah tidak lagi menjadi pijakan bermasyarakat. Pemerintah pun terkesan membiarkan.
“Akar perjuangan para ulama Kiayi dan Santri yang bernama Pondok Pesantren tak ubahnya seperti gubuk rusak yang tanpa di perhatikan,” kata Mohammad Mahruz Ali Juru Bicara Gerakan Mahasiswa & Pemuda Pandeglang dalam demonstrasi Pelantikan Bupati Pandeglang Banten, Rabu (23/3).
Di bidang Infrastruktur, Ia melanjutkan, kualitas pembangunan infrastruktur di Kabupaten Pandeglang baik berupa jalan, gedung sekolah, perairan, dan lain-lain begitu buruk. Seperti yang di Kecamatan Patia, Sukaresmi, yang akses jalannya begitu rusak. Ini mengakibatkan tersendatnya putaran perekonomian di daerah tersebut. Pemerintah seolah memandang sebelah mata.
“Proyek pembangunan di Pandeglang pun terkesan berbau kepentingan korupsi, kolusi dan nepotisme. Ketidakmerataan dan tidak adanya inovasi visioner pembangunan selalu menjadi permasalahan klasik. Selain itu, ketidaktepatan penempatan program pada suatu wilayah menjadi catatan merah bagi masyarakat,” serunya.
Sementara itu, di bidang hukum & HAM, masih marak praktek amoral yang dilakukan oleh para petinggi Kabupaten Pandeglang. KKN masih menjadi momok menakutkan. Tingginya catatan kriminal di masyarakat menandakan bahwa masih rendahnya kesadaran masyarakat akan hukum. Kasus-kasus berbau radikalisme cukup pesat bekembang tanpa dilakukan tindakan tegas oleh aparat.
“Sekiranya itulah segelintir kecil permasalahan yang tertuang, namun sesungguhnya secara nyata terjadi ketimpangan yang lebih besar. Maka bersama dengan momentum Pelantikan Bupati & Wakil Bupati Kab. Pandeglang kami Mahasiswa & Pemuda berharap lebih kepada pemerintah agar lebih pro aktif melayani masyarakat, menjadi pelayan setia rakyat, dan berjuang tanpa sekat menuju Pandeglang yang lebih baik,” tegas dia.
(Prw/Yud)