MENGAPA harga minyak akan terus jatuh. Ini gara gara trump. Produksi Amerika digenjot. OPEC menurunkan produksi rugi sendiri. Negara Negara OPEC berharap harga minyak kembali ke 120 dolar perbarel. Padahal untuk keluar dari zona harga 40-50 dolar per barel saja sulit. Mengapa?
Ini perang ekonomi, bukan masalah minyak semata. Lihatlah.. harga jatuh tapi Amerika meningkatkan produksi. Ada apa? Production of USA crude oil has risen from 5.6 million barrels per day in 2011 to 9.4 million barrels a day in 2015. Our own forecast at oil-price.net for 2016 is 8.8 million barrels per day.
Posisi USA akan semakin independen dalam pemenuhan kebutuhan minyak dalam negeri. Amerika akan menolak impor minyak dari arab Saudi. Ini yang akan menyebabkan perusahaan Arab akan semakin sulit dalam memasarkan minyak mereka.
Penurunan produksi OPEC dalam kesepakatan konferensi tingkat tinggi negara penghasil minyak tersebut teramat kecil dan tidak akan mampu menaikkan harga minyak global.
Tapi negara negara anggota OPEC amatlah berterimakasih kepada Indonesia dan pemerintahan Jokowi yang terus berburu impor minyak di tengah situasi berbagai negara justru membatasi impor dan mengupayakan pemenuhan energi nasional dari sumber dalam negeri. Namun Indonesia terbalik.
Sebagaimana diketahui bahwa pemerintah melalui Kementrian ESDM akan melakukan pengurangan pengeluaran hulu, menekan agar Pertamina mengurangi pengeluaran hingga 30 %. Ini berarti Pertamina harus menurunkan produksi minyak mentah. Penurunan ini akan digantikan dengan minyak mentah impor.
Bayangkan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu begitu senang dan riang gembira karena akan mendapatkan impor gas dari Iran. Meskipun Indonesia adalah negara pemilik cadangan gas salah satu yang terbesar di dunia. Impor dari Iran bertolak belakang dengan rencana migas nasional yang telah ditetapkan.
Kebijakan Indonesia akan menjadikan sandaran pasar minyak global baik crude Oil atau minyak mentah, gas, maupun Oil produk. Asing begitu senang karena di Indonesia banyak makelar yang siap dagang minyak impor. Kebijakan pemerintah yang terus memotong subsidi semua jenis bahan bakar minyak merupakan harapan dari perusahaan internasional untuk mengeruk untung dari perdagangan minyak di Indonesia ke depan.
Pemerintah pun akan mengambil untung semakin besar dari penjualan bahan bakar ke rakyat dalam rangka mengatasi defisit APBN dan membayar utang luar negeri. Pemerintah Jokowi akan selamat dengan cara ini. APBN Jokowi akan melimpah dengan hasil jual minyak impor. Tapi bagaimana dengan rakyat?
Oleh Salamuddin Daeng, Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)