KedaiPena.com – Salah satu variabel dalam memajukan suatu negara, adalah mengembangkan sumber daya manusia secara optimal. Sayangnya, Indonesia yang menggaungkan Indonesia Maju, dinilai belum optimal dalam menata sektor pendidikan, terutama untuk program belajar diluar negeri.
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menyatakan cara membuat negara maju maka educational system, educational paradigm dan eductional mind set harus dioptimalkan.
“Negara akan stagnan jika pemerintah tak fokus meningkatkan human resources (sumber saya manusia),” kata Jerry, Kamis (19/10/2023).
Ia menyampaikan, sejak merdeka, Indonesia telah banyak melahirkan ahli-ahli baik di bidang applied science dan pure science.
Karena itu, ia mendorong pemerintah untuk terus membantu para mahasiswa yang mengecap pendidikan di luar negeri, apalagi total anggaran pendidikan untuk APBN 2024 berjumlah Rp660,8 triliun.
“Saya pikir target Indonesia emas tak akan pernah terwujud lantaran SDM salah satu faktor pendukung. Untuk international student kita masih kalah dengan Jepang, Cina, Korea Selatan, India, Singapura, Filipina dan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara,” ujarnya.
Menurut data, lanjutnya, mayoritas pelajar internasional yang belajar di Amerika Serikat berasal dari Tiongkok dan India, masing-masing berjumlah 290,086 pelajar dan 199,182 pelajar pada tahun ajaran 2021/2022.
“Dengan Vietnam saja tegasnya, kita kalah jauh. Tercatat mereka mengirim 20.713 pada tahun 2021-2022. Padahal Amerika masih bertarung dengan Covid-19,” ujarnya lagi.
Jerry menyatakan di tahun 2023, jumlah mahasiswa internasional asal Indonesia di Amerika hanya 7500, sangat kecil jika dibandingkan dengan RRC yang berjumlah 120 ribu mahasiswa.
“Setidaknya mahasiswa Indonesia di kiri ke Amerika setiap tahun minimal 30-40 ribu orang. Nanti setelah selesai menyelesaikan studi mereka di luar negeri, maka pemerintah bisa merekrut tenaga mereka dan dipekerjakan di instansi pemerintah ataupun swasta,” ungkapnya.
Ia menyebutkan ada sejumlah contoh mahasiwa cerdas yang kini menuntut ilmu di luar negeri khususnya di Amerika Serikat, tapi tak ada sentuhan atau bantuan pemerintah.
“Ini menjadi catatan agar pemerintah kita peduli akan pendidikan biar kita jadi negara maju. Untuk presiden mendatang siapapun dia harus memperhatikan khususnya nasib pelajar di luar negeri seperti di era mendiang presiden Soeharto,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa