KedaiPena.com – Tren positif kontribusi investasi sektor elektronika pada produk domestik bruto perlu dipertahankan dan didorong menjadi substitusi impor. Mengingat mayoritas produk elektronika yang ada di Indonesia saat ini masih dikuasai oleh produk impor. Tercatat selama 2021, nilai impor produk elektronika masih 25,5 miliar Dollar Amerika Serikat, baik komponen maupun barang jadi.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMANTE), Kementerian Perindustrian, Taufik Bawazier menyatakan paska pandemi, mayoritas aktivitas masyarakat memang mayoritas dikuasai oleh barang elektronik dan telematika.
“Saat ini, pemerintah sedang mencari rumusan instrumen terbaik dalam potret industri elektronika dan telematika. Sejalan dengan misi Indonesia 4.0 sejak 2018 lalu. Karena instrumen yang ada saat ini, kami anggap belum cukup mendorong memaksimalkan industri dalam negeri, terutama industri elektronika dan telematika di Indonesia,” kata Taufik dalam acara online, Rabu (2/1/2022).
Ia menyatakan, dengan angka impor yang ada saat ini dan angka ekspor yang mencapai 12,5 miliar Dollar Amerika Serikat, memang menunjukkan bahwa produk Indonesia mampu bersaing secara global.
“Tapi perlu dilihat struktur industri kita terhadap persaingan global. Kalau kita dalami, ekspor itu mayoritas komponen elektronika dan telematika, yaitu sekitar 52 persen dari sekitar 25 jenis elektronika. Disini perlu didorong untuk melihat kompon mana yang bisa diterapkan dan tidak melanggar WTO,” ucapnya.
Dukungan kementerian terkait dan kontribusi dari pelaku usaha, lanjutnya, akan menjadi bagian penting dalam mendukung sektor industri elektronika dan telematika menjadi lebih baik lagi.
“Potensi yang disampaikan memang sektor elektronika sudah cukup tinggi dengan kontribusi mencapai 1,52 persen dan jumlah tenaga kerja terserap sekitar 391 ribu orang. Selain itu, sisi utilisasinya juga akan terdorong menjadi lebih baik,” ucapnya lagi.
Dengan mendorong sektor industri elektronika ini, Taufik menyebutkan sama saja dengan mendorong sektor lainnya. Seperti sektor keamanan dan sektor pertahanan.
“Ini adalah sektor dengan potensi sangat besar. Sehingga perlu penguatan sumber daya manusia, kemampuan inovasi dalam negeri dan kemampuan produksi dalam negeri untuk mendukung suplai industri dalam negeri dengan didukung kebijakan pendukung yang optimal,” ungkapnya.
Dengan penguatan industri dalam negeri yang akan menyediakan kebutuhan konsumen dalam negeri diharapkan akan mampu meningkatkan investasi dan mendorong variabel PDB.
“Kita bukannya anti impor. Tapi mengendalikan impr untuk mendukung industri yang sudah establish. Kuncinya, instrumen yang sudah eksisting akan dioptimalkan untuk menuju neraca komoditas yang jauh lebih mengembangkan industrtri dalam negeri,” pungkasnya.
Laporan: Natasha