KedaiPena.Com – Pemerintah melalui Menteri ESDM Arifin Tasrif mewacanakan penghapusan produk BBM yang tidak ramah lingkungan dengan kadar Research Octane Number (RON) di bawah 91, seperti Premium dan Pertalite.
Praktisi Migas Iwan Ratman kepada KedaiPena.Com, Senin (6/7/2020) mengatakan, sah-sah saja Pemerintah melakukan hal tersebut.
“Ya boleh-boleh saja mas. Tapi, dengan catatan bahwa harga jual bensin untuk rakyat harus rendah (dibanding Pertalite dan Premium),” kata sindir dia.
Selain itu, lanjut di, DPR harus dilibatkan dalam penentuan harga BBM eceran.
Ia juga mengendus adanya pihak yang diuntungkan dalam penghapusan Pertalite san Premium ini.
“Jika dihapus maka pasar premium akan diambil VIVO,” sambungnya.
Diketahui, SPBU Vivo menjual bensin jenis Vivo Revvo 89 dengan harga Rp 7.150.
Mutu atau kualitas bensin berpatokan pada angka oktan yang dikandung bensin.
Secara kualitas bisa dilihat Revvo 89 memiliki angka angka oktan 89.
Vivo Revvo 89 di atas bensin Premium punya angka oktan 88.
Namun Vivo Revvo 89 masih di bawah Pertalite yang punya oktan 90.
Secara harga ketiga jenis bahan bakar bensin itu bisa dibandingkan sebagai berikut:
Premium 88 Rp 6.450
Vivo Revvo Rp 7.150
Pertalite Rp 7.650
PT Vivo Energi Indonesia merupakan anak usaha Vitol Group yang berbasis di Swiss. Perusahaan yang dibentuk di Rotterdam pada 1966 ini, merupakan pemegang saham terbesar Vivo Indonesia.
Sementara itu, Menteri ESDM Arifin Tasrif tidak mengelak, pemerintah akan mengurangi produksi Premium dan Pertalite.
Sebab, menurut dia, rencana tersebut sejalan dengan kesepakatan pemerintah untuk mengurangi emisi gas karbon, dengan memaksimalkan produksi energi ramah lingkungan.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 mengenai batasan RON.
“Kita memiliki komitmen mengurangi emisi karbon dalam jangka panjang. Kita melihat Premium, kita ini satu dari enam negara yang masih menggunakan Premium,” ujarnya.
Laporan: Muhammad Lutfi